Kamis, 22 Februari 2018

Ikutan Seminar WAG Perempuan BPS Menulis II: "Mengomunikasikan Data melalui Opini"


Masih ingat dengan postingan Emak tentang #PerempuanBPSMenulis kan? Alhamdulillah bulan ini, kembali digelar Seminar WAG di komunitas ini untuk kali kedua. Topiknya masih seputaran menulis Opini.  Berbeda dengan sebelumnya narasumber seminar kali ini adalah seorang perempuan. Perempuan hebat yang benar-benar inspiratif.

Salah satu tugas yang diberikan oleh admin setelah Emak mengikuti Seminar WAG PBM ini adalah menulis ulang paparan narasumber. Tujuannya, selain berbagi ilmu tentu saja untuk melatih anggota untuk menulis. 

Narasumber Seminar WAG PBM II ini betul-betul inspiratif. Bagaimana tidak, diusianya yang masih muda (dibandingkan Emak tentunya 😂 ) beliau sangat produktif. Bayangkan tidak kurang dari dua tahun, beliau sudah menembus 14 media, dengan jumlah tulisan yang dimuat sebanyak 69 opini. Luarrrr byasahhh..

Namun, yang lebih luar biasa adalah kemampuan beliau untuk mengelola waktunya. Mengurus lima anak pastinya tidaklah mudah. Kalau sudah begini, Emak jadi malu sendiri. Setua ini masih 'malas' dan 'ragu' untuk 'beraksi'. Apalagi alasan Emak 'bermalas-malasan' adalah karena mau konsentrasi  mengurusi anak. Jadi malu hati, deh.  

Contoh yang baik harus diteladani, seperti filosofi ~Sendal Mushola~, ambil yang baik dan tinggalkan yang jelek. Maka, tidak ada alasan bagi Emak untuk tidak mencontoh yang baik dari Mbak Tasmillah, dan meninggalkan kebiasaan buruk Emak yang lama. Jika saja seekor bebek bisa berubah menjadi angsa, kenapa tidak Emak-pun berubah dari 'Emak Buruk Rupa' menjadi 'Emak yang Berguna'. Hahayy..

Nah, kalau ada yang penasaran pingin lirik apa saja yang disampaikan oleh Mbak Tasmillah, narasumber Seminar PBM IIini, boleh cari di sini ya. Blog yang itu insyaallah diniatkan untuk diisi dengan hal-hal yang 'bermutu'.. 

Makasih ya sudah mampir ke blok Emak. Jangan lupa mampir juga ke blog yang satunya. Di tunggu, lhoooo....


Salam Emak!
#PerempuanBPSMenulis
#15HariBercerita
#HariKe-15

Rabu, 21 Februari 2018

Balada Skandal Jepit



Cerita Sendal Jepit

Dulu sendal jepit merk 'Swallow' sudah termasuk sandal kelas bagus. Bahannya yang terbuat dari karet membuat harganya lebih mahal, sementara pesaingnya terbuat dari gabus yang teksturnya kaku. Sendal gabus kalau sudah terlalu lama dipakai akan melengkung, jelek kelihatannya. Sementara sendal yang terbuat dari karet, semakin lama dipakai semakin lentur. Walau menipis dan bolong pun dipakainya tetap nyaman. Kalau dipikir-pikir tidak semua sendal dengan bahan karet merknya "Swallow", tapi entah kenapa Emak selalu menyebutnya begitu.

Seiring dengan perkembangan ekonomi, sendal jepit semakin ditinggalkan. Kalau pun ada, digunakan untuk di rumah atau pengganti kelom-kelom kayu berpenampang sepotong karet ban di Masjid/Mushola.

Selalu ada celah untuk inovasi, Skandal Jepit

Selalu ada celah untuk kreatifitas dan berinovasi. Celah itu terlirik, oleh para inovator. Ada yang terpikir untuk menamai sandal dengan tulisan "Milik Masjid/Mushola". Emak dengan sepenuh prasangka baik, percaya bahwa alasannya supaya orang yang pakai sandal itu tidak khawatir sandal yang dipinjamnya adalah milik orang lain. Bahwa semua jamaah boleh memakainya tanpa perlu ijin dahulu. Mereka akan tenang Wudhunya..begitu.

Tapiiiiii, (mulai racun) Emak curiga.. jangan-jangan tulisan segede itu ada maksud lain. Pasti maksudnya supaya yang make sendal malu kalau bawa sendal itu keluar dari Masjid atau Mushola. Artinya, sendal itu ga akan hilang/lenyap karena ada yang 'sekedar' khilap.

Tapiiiiii,, (mulai racun) Emak curiga jangan-jangan walaupun angka IPM Indonesia terus meningkat, sebenarnya masih banyak manusia Indonesia yang buta aksara. Buktinya biar ditulisin segede gambreng di sendalnya, sendal mushola masiiiiiih aja hilang/lenyap tak bersisa. Hadeuhhh..

Istighfar dulu ahhhh..biar racunnya hilang.

Ikhlaskan!

Jadiiiiiiii, mumpung masih baru, masih utuh, warnanya masih selengkap pelangi di musim hujan, Emak foto dulu ya. Biar ada barbuk, bahwa dana itu benar dipaai buat membeli sendal. Sesaat lagi mereka hanya berupa kenangan. Bukti otentik bahwa mereka pernah berbakti di Mushola ini.

Semoga jadi amal bagi para pemberi shodaqoh, yang telah membagi sebagian hartanya untuk membeli sandal-sandal ini. Sandal yang melayani para hamba Allah untuk bersuci sebelum menghadap Rabb-nya.

Mereka kecil, tapi mereka berguna..



Balada Sandal Mushola
Salam Emak!

#PerempuanBPSMenulis
#15HariBercerita

#HariKe-14

Selasa, 20 Februari 2018

Quote: Salah Satu Cara Menyenangkan untuk Belajar Bahasa Inggris




Emak itu (katanya) termasuk generasi X. (Katanya) generasi X cenderung suka akan risiko dan pengambilan keputusan yang matang. Generasi X adalah hasil peralihan dari pola asuh generasi Baby Boomers yang 'keras', dengan masa awal perkembangan teknologi informasi.

Jaman Emak, pelajaran Bahasa Inggris baru dipelajari di bangku SMP. Sekarang anak TK saja sudah banyak yang cas-cis-cus. Mama-Papa banyak membantu Emak-kecil belajar Bahasa Inggris waktu itu. tapi, kalau diingat-ingat lagi sekarang ternyata banyak pronunciation mereka yang kurang 'pas'. Misal, thank you (ˈthaÅ‹k-ËŒyü \ ), dibacanya chaÅ‹k-ËŒyü \, ngomongnya pake muncrat dikit xixi. Mungkin karena generasi Baby Boomers masih kuat dipengaruhi gaya pendidikan Belanda.

Emak-kecil (waktu itu) kutu buku, suka sekali baca buku. Sedih ketika ada buku  yang menarik tapi isinya bahasa Inggris. Makanya, berusaha menambah vocabulary dengan menghapalkannya dari kamus. Sayangnya, Emak memulai dari Oxford Dictionary, saking tebelnya hingga ujung lulus SMA Emak masih berkutat di bagian kamus dengan kata yang berawalan "A".. kata yang paling Emak hapal adalah 'Abandon' dan 'Abundant'... lol.


Cukup lama Emak sadar itu cara yang kurang efektif untuk berlatih Bahasa Inggris. Lalu Emak mulai ganti strategi, yaitu dengan mengumpulkan quote-quote dalam Bahasa Inggris. Tidak berhasil benar.. tapi setidaknya 'it's a fun way to learn and practice'. Emak punya buku notes khusus yang isinya quote-quote tersebut. Bagi yang pernah baca tentang 'hoarder", boleh dibilang I was a quote hoarder back then. Jangan dibandingkan dengan jaman now ya. Waktu itu nyari quote ga gampang, soalnya mbah google waktu itu belum lahir..

Tentunya cara ini ga 'plek  bisa diterapkan ke anak-anak, secara passion mereka beda banget dengan Emak. Lagipun, anak jaman now yang konon adalah generasi Y, sudah ga butuh kita buat belajar Bahasa Inggris. Mereka lebih pintar, karena bahasa inggris lekat dalam daily practice mereka (game maksudnya huhh.. #melenguh). Ga kaget kalau seringkali mereka mengkoreksi kalau Emak salah ngomong atau salah grammar.

Emak memang beda jaman dengan anak-anak. Emak sadar, ga selamanya orangtua selalu benar, dan ga selamanya orang tua lebih tau dari anaknya. Tapi ya Sudahlah, Emak serahkan pada anak-anak bagaimana mereka menikmati cara mereka dalam menikmati berbahasa. Yang penting Kaka Jaka harus rela kamar dindingnya dtempeli lettering quote Emak.. Kalau ga kalian siapa lagi yang rela, Nak? Plissss...


Salam  Emak!


#PerempuanBPSMenulis
#15HariBercerita

#HariKe-13


 

Keluarga Pak Wajdi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang