Minggu, 01 November 2009
Live Your Best Life
So how do you manage it all without feeling let down?
Managing expectations is as much a skill as cooking is.
Each of us has an internal oven that controls the temperature of our
expectations, and it needs to be monitored to produce the best results.
Sabtu, 31 Oktober 2009
Stasiun Beos dan BPS
Komen iseng:
Haloooooo Pak Menteri! Mentang-mentang baru dilantik nih, jadi bikin gebrakan-gebrakan nih..Asal ga bikin kaget kayak soto gebrak aja ya Pak! Ada bagusnya sih Pak, bekerja dengan sigap, mengambil keputusan dengan cepat. Sayangnya keputusan terlalu emosional, padahal si Pak Jatun itu sedang kerja juga, tapi di tempat lain. Kasihan ya...Padahal Pak Menteri mengakui kemampuan Pak Jatun sebagai pribadi, tapi memang kesalahannya secara yuridis tidak bisa ditolerir. bayangkan, kekosongan pimpinan! Kalu terjadi disebuah negara bisa terjadi kudeta tuh...hhhhh
Trus, kenapa? Kok repot ngurusin dephub sih..What about our self?
Sadarkah kita kalau seringkali kantor kita kosong-melompong pong...
Kepala kantor dipanggil pimpinan provinsi, kasi tugas task force, ( karena kurang tenaga) TU dan staf turun lapangan juga. Kantor cuma ditunggui oleh orang yang 'ga mau/ga bisa/ga dipercaya' untuk mencacah. Walhasil, ketika ada tamu yang bertanya ini-itu jawabannya: "Maaf Pak, Bu, saya ga tahu. Orang-orangnya lagi pada pergi. Nanti aja kesini lagi."
Dezigg!!
Untungnya Freddy Numberi tidak pernah jadi kepala BPS, kalau iya...abis deh kita dimutasiin semua...hehehhehehehehehe. Pissss.....
Sabtu, 06 Juni 2009
"BAWeL Riweuh"
Bahan:
Ikan Bawal Segar
Bumbu:
jeruk nipis
jahe
kunyit
lengkuas
bawang putih
bawang merah
kemiri
ketumbar
garam
sambal:
kecap manis
cabe rawit
bawang putih
kacang mete goreng
cara membuat:
Ikan disiangi dan dibalur perasan jeruk nipis.
Haluskan bumbu-bumbu, lalu lumuri ke ikan.
Biarkan sampai meresap.
Goreng setengah matang.
Angkat, lalu bakar hingga matang.
untuk sambel:
Haluskan cabe rawit dan bawang putih.
Campurkan dengan kacang mete yang sudah diulek kasar.
Tambahkan kecap, aduk rata.
Oleskan ke Ikan yang baru diangkat dari panggangan.
Uenakkk tenan... cobain ya...resep inovasi terbaruku nih.
gampang lagi!!!
kenapa namanya bawel riweuh? Soalnya yang mau makan bawal bawel banget ga sabar nunggu mateng..hahaha bikin riweuh yang masak.
riweuh=repot (red)
saking ga sabaran, ikannya ga sempet didandanin nih
kasiannn...
Sabtu, 16 Mei 2009
Whatever It Takes For The Better Indonesia!
Di kalangan ekonom, konon B sangat diakui kemumpuniannya. Beliau adalah seorang ilmuwan, akademisi sekaligus praktisi ekonomi. Ingatkah kita tiga tahun yang lalu, ketika nama B mencuat ketika ada pergantian pimpinan BI kala itu. Semua orang underestimate, hampir mirip seperti apa yang tengah terjadi saat ini. Ada yang berkomentar, bahwa seorang wapres tidak melulu mengurusi ekonomi. Jadi tidak perlu seorang ahli ekonomi untuk memegang tampuk wapres. Atau adanya ketidakpuasan partai kanan, yang merasa B tidak mewakili umat dan terlalu menganut paham neoliberalisme dan jauh dari azas kerakyatan.
Dalam pidatonya malam ini, Boediono dinilai oleh 'detik Pemilu' mampu membuktikan sebagai orator ulung, yang memakai kata-kata yang mampu menyihir. Saat ini, SBY berani keluar dari pakem protokoler dalam berpidato, tidak melulu berkutat pada naskah (yang biasanya ditulis orang lain). Apalagi pada pidato malam ini, (katanya) B berpidato tanpa naskah selama 20 menit. Hal ini menunjukkan kesamaan keduanya. Sama-sama orang yang spontan, dengan pikiran dan emosi yang tertata. Bukankah itu salah satu komposisi penting dalam ramuan seorang pemimpin?
Salah satu cara yang digunakan untuk menjatuhkan pamor Boediono, kabarnya adalah lewat keraguan akan nilai religi yang dianutnya. Bayangkan di negara di mana HAM sangat digembar-gembor, masalah transedental antara makhluk dan Tuhannya menjadi komoditas politik. Cukup mengagetkan ketika saya menemukan sebuah berita yang menitik beratkan bahwa Boediono begitu fasih mengucapkan Bismillah, bahkan ucapan "Allah' saja sampai dihitung jumlahnya. Seakan-akan ada keraguan akan 'keislaman' seorang B. Bahkan SBY pun kembali menekankan bahwa B adalah muslim yang lurus. (Memangnya ada yang bengkok?????) Pernyataan ini menurut wartawan tsb adalah upaya untuk menepis anggapan bahwa B adalah muslim abangan. (lah dalahh, saya ngga ngerti apa itu abangan, nonean ada ga?). Memang negara kita ini bukan negara yang menganut paham sekuler, tapi kenapa segala sesuatu harus dikaitkan dengan kepercayaan. Seakan-akan bila tak seiman kita tidak bisa seiring sejalan. Dimana makna Bhineka Tunggal Ika?
Akhirnya, kita doakan dan dukung pemerintah masa depan. Siapapun yang jadi pemenang, berarti itulah yang telah digariskan Tuhan. Jangan habiskan energi kita untuk menjatuhkan, tapi manfaatkan untuk membangun. Hiduplah Indonesia Raya!!!
#sok_sokan #ngamatin_politik
Jumat, 15 Mei 2009
Kontribusi Seorang Karyawati BPS Jawa Barat terhadap Inflasi...
LPE tanpa migas pada triwulan I 2009 yoy mampu tumbuh sebesar 4,39 %. Ternyata lesunya ekonomi global berpengaruh besar pada kinerja ekonomi Jawa Barat. Hingga tahun ini LPE tidak mampu menempus angka 5 %.
Sektor Industri Pengolahan yang biasanya menjadi kontributor terbesar PDRB Jawa Barat, pada triwulan I 2009 ini justru mengalami penurunan paling besar dibandingkan triwulan IV 2008. Padahal sejatinya Industri Pengolahan identik dengan penyerapan tenaga kerja. Maka tak heran Jawa Barat menjadi salah satu wilayah yang menjadi daerah tujuan para migran, karena faktor penariknya tersebut.
Tingginya angka pertumbuhan ekonomi tidak serta merta menunjukkan keadaan sosio-ekonomi yang baik. Lapangan kerja yang tidak mampu menyerap tenaga kerja mengakibatkan masuknya para migran bisa memperbesar angka pengangguran.
Jumlah angkatan kerja di Jawa Barat per Februari 2009 sebesar 19,05 juta jiwa atau 63,58 persen dari total penduduk usia kerja. Berarti terjadi pertambahan sebesar 0,63 juta jiwa dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun walaupun penduduk yang memasuki angkatan kerja begitu besar, jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2009 justru mangalami kenaikan menjadi 16,79 juta jiwa. Lapangan kerja mampu menyerap 88,15 persen dari total angkatan kerja yang tersedia. Berarti persentase pengangguran turun menjadi 11,85 %. Padahal tahun lalu angka pengangguran mencapai 12,28 persen.
Saat industri pengolahan melemah, sektor pertanian mampu menjadi penyerap tenaga kerja terbesar, yaitu mencapai 26,8 persen (4,4 juta jiwa). Agaknya revitalisasi sektor pertanian yang didengungkan pemerintah harus benar-benar dilaksanakan bukan hanya menjadi jargon kampanye saja. Setelah dihantam krisis berulang kali terbukti sektor pertanian menjadi jaringan pengaman sosial ekonomi bagi masyarakat pada umumnya (low educated and low skilled).
Sekali lagi, dalam memotret ekonomi Jawa Barat ternyata tidak melulu melihat LPE-nya, tingkat inflasi juga perlu diperhitungkan. Gini rasio pendapatan penduduk Jawa Barat yang masih besar menunjukkan ternyata besarnya nilai tambah bruto yang terbangun tidak dinikmati secara merata oleh penduduk Jawa Barat. Sistem kebijakan pengaturan upah yang diregulasikan seperti UMR agaknya belum bisa menggenjot perekonomian Jawa Barat. Karena itu sebagian besar penduduk Jawa Barat malah berada pada segitiga terbawah. Dengan kondisi pendapatan riil yang rendah dan nilai konsumsi yang tinggi maka akibatnya adalah timbulnya inflasi. Kalau masyarakat mau mengeluarkan uang lebih banyak daripada nilai produksinya maka harga-harga akan naik. Inilah sumber inflasi Jawa Barat.
Dan sepertinya orang-orang seperti ‘akyu’ inilah penyebab inflasi di Jawa Barat. Besar pasak dari pada tiang.
Hidup PNS! Keajaiban dunia ke-11, dengan anak tiga, gaji minim, bisa idup! Hebatttt...
Rabu, 13 Mei 2009
Statistic Capacity Building- Change and Reform for Development of Statistic
Sebagai bagian mikro BPS yang berada di lini terbawah BPS, ada perasaan campur aduk tentang jargon baru ini. Apakah ini pertanda baik atau Cuma heboh-heboh gitu aja bentar lagi juga anyep.. bahasa sopannya "anget-anget tai ayam".
Tapi namanya manusia kan ga bisa hidup tanpa harapan, jadi seneng-seneng aja lah dengan adanya program ini-itu, dengan prasangka baik bahwa segala sesuatu yang direncanakan oleh pimpinan tentu yang terbaik bagi lembaga dan bagi semua pihak tul ga?
Ga lama abis denger istilah-istilah berbau bule seperti STATCAP-CERDAS, ga lama kemudian denger bird-news* (=istilah Tukul untuk kabar burung, *red) tentang adanya tunjangan kinerja BPS. Truz denger-denger ada hibah dari luar negeri dalam rangka mendukung program tsb... Wah, kayaknya emang STATCAP ini membawa angin segar. Walau biasanya orang kecil kayak aku gini, kecil peluangnya untuk kecipratan yang gitu-gitu...hahahaha.
Baru-baru ini kantor kedatangan serombongan orang (yang ga akan kusebutin asalnya) dengan “label” kegiatan STATCAP tea. Pokoknya mereka dari institusi non profit, gitu deh. Kecurigaanku malah muncul, karena ternyata proyek yang dikerjakan memutar nilai rupiah yang ga dikit, wah gejala taktik-taktikkan udah jalan nih kayaknya....jadi takut program dalam rangka perubahan BPS in business process reengineering ini kayaknya bakal cuma slogan, yang dimanfaatkan oleh oknum untuk memperkaya segelintir orang dengan tameng organisasi...jadi sedih....
Jadi ingat amanat pimpinan, agar program ini dilaksanakan dengan sebaik-baiknya karena mencapai sukses adalah harus, kalau tidak hutang pada World Bank akan menjadi tanggungan anak-cucu kita. (hiyyyy seremmmm...ga ikut-ikut ah!!!).
Jadi inget petuah Aa Gym : Mulailah dari yang kecil, mulailah dari diri sendiri, mulailah sekarang! MULAI BERUBAH!!! (kayak power ranger ya...)
Salam Emak!
Rabu, 06 Mei 2009
STRATEGI PEMBANGUNAN, PRO GROWTH? PRO POOR? OR PRO SHARING?
Pembangunan adalah suatu proses yang dilakukan untuk mencapai kondisi yang lebih baik. Semangat pembangunan yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan di segala bidang secara simultan dan terus menerus, baik pembangunan ekonomi maupun pembangunan manusia.
Adapun pembangunan ekonomi adalah proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan per kapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu wilayah. Sebagai alat ukur kinerja perekonomian suatu daerah biasanya menggunakan pertumbuhan ekonomi. Adapun pembangunan ekonomi tak dapat dilepaskan dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Sedangkan pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia. Sebagaimana dikutip dari UNDP (1995:118), sejumlah premis penting dalam pembangunan manusia diantaranya adalah :
- Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian;
- Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka; oleh karena itu, konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja;
- Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga pada upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal;
- Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu : Prodiktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan;
- Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.
Kakwani et.al (2004) menyatakan bahwa tujuan terpenting dari pembangunan adalah pengurangan kemiskinan. Hal ini dapat dicapai melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan atau dengan distribusi pendapatan yang lebih merata. Menurut Bourguignon, terdapat hubungan segitiga antara pertumbuhan ekonomi, ketidakmerataan pendapatan dan kemiskinan, (2004). Sedangkan antara pertumbuhan ekonomi dan ketidakmerataan pendapatan terdapat hubungan dua arah. Pernyataan tersebut membuat para pembuat kebijakan harus menentukan pilihan strategis akibat implikasi kombinasi dari pertumbuhan ekonomi, ketidakmerataan pendapatan dan kemiskinan.
Berbagai program kemiskinan dalam rangka menekan angka kemiskinan dan memperkecil gap pendapatan dilakukan oleh pemerintah Indonesia, misalnya IDT, KUT, Inpres, BLT dsb. Secara teoritis pertumbuhan ekonomi adalah engine dari program pengurangan kemiskinan dan pemerataan distribusi pendapatan, karenanya melalui pertumbuhan ekonomi biaya untuk menjalankan program tersebut diperoleh. Mungkin inilah yang mendasari pemerintah untuk terus menerapkan strategi “trickle down effect”, walaupun habis-habisan di kritik para ekonom oposan. Hal ini memunculkan pertanyaan tentang hubungan ketiga isu tersebut, yaitu:
- Apakah pertumbuhan ekonomi, meningkatkan ketidakmerataan distribusi pendapatan
- Apakah pertumbuhan ekonomi menjadi trade off bagi pengurangan kemiskinan
- Apakah pertumbuhan ekonomi mengurangi kemiskinan
- Apakah pertumbuhan ekonomi lebih banyak memberikan keuntungan kepada penduduk tidak miskin daripada penduduk miskin
Hipotesa yang membahas tentang keterkaitan hal diatas adalah hipotesa Kuznets. Hipotesa yang dikenal dengan Inverted U-curve, yang menyatakan ketidakmeratan pendapatan dalam suatu negara meningkat pada tahap awal pertumbuhan ekonomi, cenderung tidak berubah pada tahap menengah dan terus menurun ketika negara tersebut menjadi sejahtera.
Hipotesa tersebut memiliki asumsi yang sama dengan pendapat Ravenstein. Bahwa dalam suatu perekonomian terdapat dua sektor, yaitu sektor tradisional dan sektor modern. Masing-masing diwakili oleh sektor pertanian dan sektor industri. Sejalan dengan teori tersebut yang menyatakan bahwa sektor tradisonal cenderung memiliki tingkat pendapatan yang rendah serta dengan kesenjangan yang kecil. Sebaliknya sektor modern justru memiliki pendapatan yang besar dan kesenjangan yang besar. Kenyataan bahwa pada kedua sektor tersebut terdapat perbedaan tingkat upah mengakibatkan terjadinya migrasi. Perpindahan penduduk akibat perpindahan tenaga kerja mengakibatkan implikasi ekonomi, yaitu semakin senjangnya pendapatan masyarakat. Namun disisi lain, mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan. Ekses-ekses inilah perlu disadari oleh pembuat kebijakan, sehingga bisa memfokuskan arah tujuan pembangunan, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan daerah.
Sehingga bisa dikatakan bahwa pesatnya pertumbuhan ekonomi di suatu daerah tidak selalu menunjukkan kondisi ekonomi penduduk mengingat distribusi pendapatan yang tidak merata. Banyak ekonom yan menggunakan pendapatan riil perkapita atas dasar harga konstan sebagai alat ukur pertumbuhan ekonomi, bukannya rata-rata konsumsi per kapita. Menurut Adams(2004) jika menggunakan rata-rata konsumsi per kapita elastisitas terhadap pertumbuhan ekonomi akan underestimate.
Hingga tahun 1997, kinerja perekonomian Indonesia menunjukkan performa yang memuaskan. World Bank pada tahun 1993 memasukkan Indonesia dalam kategori Newly Industrializing Economies (NIEs), sejajar dengan Thailand dan Malaysia. Saat itu, pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto mencapai rata-rata tujuh persen per tahun. Inflasi yang stabil dan terkendali. Bahkan pendapatan per-kapita penduduk meningkat dari USD 100 pada tahun 1970 menjadi USD 1.014 pada tahun 1996. Hal ini konsisten dengan penurunan penduduk miskin pada periode yang sama yakni dari 60 persen menjadi 11 persen.
Berdasarkan kontribusi sektor terhadap PDB, ternyata sektor industri dan sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar terhadap perekonomian Indonesia. Di Pulau Jawa bahkan, sektor industri mendominasi pembentukan nilai tambah brutonya. Menurut klasifikasi UNIDO, saat ini beberapa propinsi di Pulau Jawa tengah berada pada tahap industrialisi karena sektor industri pengolahan memberi share 20 persen pada PDRB-nya. Semoga kenyataan tersebut diikuti juga oleh penurunan angka kemiskinan. Namun pada akhirnya perlu disadari bahwa tidak semua pihak bisa terpuaskan, karena untuk mengejar strategi SBY dengan pro poor, pro growth dan pro job, pemerataan harus tergadaikan....
Note:
Tulisan belum beres ya sodara-sodara, keburu ngantukkkk..
Pada saat-saat seperti ini, gunakanlah prinsip, "selesai-tidak selesai, kumpulkan!"
Salam Emak!
Ada yang mau nambahin??? kayaknya endingnya ga 'glek ya...tapi udah keabisan ide nih xixixi
Senin, 20 April 2009
lilit keju
Bahan:
100 gr tepung terigu
25 gr margarin
3 sdm gula tepung
2 sdm air dingin
100 gr keju cheddar yang dipotong korek api
Minyak untuk menggoreng
Cara membuat:
Aduk semua adonan, uleni hingga kalis.
Setelah kalis dan lembut, giling dengan gilingan mie.
Lilitkan pada sepotong keju. Basahi ujungnya dengan air agar lengket.
Goreng sampai kecoklatan.
Minggu, 19 April 2009
Pastel Mini Isi Abon
250 gr tepung terigu
60 gr margarine
1 bungkus kaldu sapi bubuk
air dingin secukupnya
minyak goreng untuk menggoreng
tepung kanji untuk taburan
abon untuk isian secukupnya
Cara membuat:
Sama dengan membuat kulit kue bawang. Tapi digiling sampai tebal 7.
Lalu dicetak bulat-bulat kecil. Diisi abon. Direkatkan ujungnya dibantu dengan air agar lengket, abon tidak keluar ketika digoreng. Trus dikriwil-kriwil. Goreng deh sampai kecoklatan.
Bikin pastel mini ini adalah salah satu obsesi. Bunda suka banget ama pastel mini. Jadi pingin banget ngolaborasiin pastel dengan kulit berlapis yang renyah. Acara ngriwil-ngriwilin jadi bagian yang paling cape sekaligus yang paling menyenangkan. Sesuatu yang membanggakan bisa ngriwili-ngriwilin dengan rapih, sampai anakku ikut-ikutan belajar. Hasilnya bagus juga. Buktinya ketika udah digoreng gak bisa dibedain lagi mana bikinan Bunda mana bikinan anak-anak. Yang jelas anakku suka banget. Sampai-samapai acara pemotretan gagal lantaran objeknya ludesss. Untung Bunda berhasil menyelamatkan beberapa potong untuk ditunjukkan di blog ini. Jadi terbukti kannnn!
Kue Bawang Tini
Mamanya Bunda (Niay) agak ‘pemilih’ kalo masalah jajanan. Dan yang tidak kuduga ternyata Niay suka ama jajananku Bunda ini. Resepnya cukup sederhana, tapi pengerjaannya luarhhh biasa nyapein...Biasanya Bunda cuma bikin ¼ resep. Tapi dengan pede-nya hari itu Bunda bikin 1 resep. Aje gileee..
Kue Bawang Tini
Bahan:
1000 gr terigu
250 gr margarine
3 bungkus kaldu sapi bubuk
1 cangkir seledri cincang halus
1 cangkir daun bawang cincang halus
air dingin secukupnya
minyak goreng untuk menggoreng
tepung kanji untuk taburan (biasanya membutuhkan sampai 250 gr)
Cara membuat:
Campur terigu, margarine, bubuk kaldu, seledri dan daun bawang. Tambahkan air sedikit demi sedikit sampai kalis tidak terlalu lembek.
Giling dengan gilingan mie pada tebal 1 sebanyak 3 kali, setiap kali digilas taburi dengan kanji lalu lipat 2.
Setelah itu giling pada tebal 4 sebanyak 3 kali dengan cara yang sama.
Giling lagi pada tebal 6 sebanyak 3 kali dengan cara yang sama. Lalu potong-potong. (Kalau diajarinnya sih pake gunting dengan lebar 1 cm-an. Tapi berhubung Bunda bikin banyak. Nggak ku-ku lah kalo harus pake gunting, jadi Bunda potongin pake gilingan cheese stick...Jadinya renyah, berlapis-lapis. Anak-anak pun sukaaaa...)
Jumat, 17 April 2009
Jumat, 10 April 2009
PELAJARAN SEDIH DARI JENGIS KHAN
Suatu hari yang cerah disekitar abad ke-13, hari itu adalah hari berburu sanag raja yang terkenal dengankeberaniannya itu. Diikuti para sahabat dan prajuritnya yang setia raja menunggang kuda dengan riang gembira. Dipergelangan tanggan raja bertenggerlah seekor rajawali kesayangannya. Elang itu sudah terlatih untuk mengintai mangsa dengan mata yang tajam. Bila dia melihat mangsa maka ia akan menukik tajam dan menyerangnya seperti anak panah.
Tidak seperti biasanya tidak nampak tanda-tanda mangsa yang bisa diburu. Cuaca hari itu memang sangat terik. Setelah hampir seharian mencari, akhirnya rombongan memutuskan untuk pulang. NAmun Khan memisahkan diri dari rombongan. Khan mempunyai kebiasaan untuk memilih jalan yang berputar. Kebiasaan inilah yang membuatnya hafal tiap jengkal hutan.
Setelah seharian berburu, ternyata persediaan air minumpun habis, tak disadari saat melihat genangan air, Khan teringat akan rasa hausnya. Dengan perlahan-lahan ia mendatangi air tersebut, ternyata airnya terus menguap sehingga tidak bisa diraup. Akhirnya Khan memutuskan untuk menadah tetesan air yang jatuh dari tebing batu.
Dengan sabar Khan menunggu gelas perak yang dibawanya dipenuhi air. Ketika cangkir hampir penuh, dan rasa haus sudah mencekat tenggorokan, Khan mendekatkan cangkir ke mulutnya. Hampir saja rasa hausnya lenyap, jika sang rajawali tidak mengibaskan sayapnya. Cangkir itu jatuh dan airnya tumpah lalu menguap. Khan menggeram, namun ia mulai menadahkan lagi cangkirnya, kali ini ia tidak cukup sabar untuk menunggunya sampai penuh. Lagi-lagi rajawali menukik dan menyambar, membuat cangkir itu klembali jatuh. Khan sangat marah, dan bersumpah akan mematahkan lehar rajawali itu kalau dia sampai tertangkap. Kali ini Khan menadahkan kemablai cangkirnya, namun kali ini dia telah siap menghunuskan pedangnya.Sudutmatanya mengawasi gerak-gerik rajawali itu. Ketika si rajawali kermbali menukik, dengan sigap diayunkannya pedang itu, dan bress...kepala rajawalipun jatuh dikaki Khan penuh lumuran darah.
“Itulah hukuman bagi siapapun yang tidak bisa senang dengan kesenangan orang lain.”
Dengan kesal ditendangnya bangkai rajawali itu. Tanpa sengaja ternyata cangkirnya pun ikut tertendang, jatuh ketempat yang tidak bisa dijangkaunya. Khan memanjat tebing mencari sumber tetesan air, karena sekarang ia tidak punya cangkir untuk menadah tetasan air. Sesampainya diatas dia berhasil menemukan genangan mata air yang jernih. Namun, bukan kesenangan yang dirasakan Khan, karena disana diapun melihat bangkai seekor ular berbisa yang racunnya sangat berbahaya.
Khan mematung dan mengingat rajawali kesayangannya yang mati ia tebas di bawah sana.
“Rajawali telah menyelamatkan hidupku, dan aku malah membunuhnya!”
Dengan perasaan galau Khan memasukkan rajawali ke dalam tas berburunya. Ia memacu kudanya agar segera sampai ke istana.
Hari itu Khan mendapatkan pelajaran sedih yang sangat mahal harganya: Jangan pernah melakukan apapun di saat marah.
PELAJARAN DARI BIJI KOPI
Tidak tahan dengan perlakuan sang Ibu, putrinya itu pun langsung menumpahkan semua keluh kesahnya. Tanpa memotong Ibu hanya mendengarkan dan mendengarkan.
“Kok, Ibu diam saja sih? Aku kan sudah menceritakan semuanya. Jadi menurutmu Aku harus bagaimana?” tanya putrinya penuh ketidak puasan.
Ibu tersenyum. Tanpa banyak bicara Ia bangkit dari kursinya dan menarik tangan putrinya ke dapur.
Ibu mengambil tiga panci dan mengisinya dengan air. Dibiarkannya air itu mendidih dan memasukan wortel, telur dan biji kopi masing-masing pada satu panci.
Setelah semua matang, diletakkan ketiga benda matang tadi ke atas piring. Ia menyuruh putrinya mendekat.” Coba katakan apa yang kamu lihat?”
“Wortel, telur dan kopi”
Ibu mengangguk, lalu dia menyuruh putrinya untuk mencicipi semuanya. Walau penuh rasa heran ia melakukan apa yang diperintahkan ibunya. “Apa maksudnya, Bu?”
“Sayang, ketiga benda itu menghadapi kondisi yang sama: air mendidih. Tapi masing-masing memberikan reaksi yang berbeda. Wortel yang keras, menjadi lunak. Telur rapuh dengan kulit tipis dan isi yang cair, sesudah kena air panas, kulitnya tetap rapuh tapi isinya menjadi keras. Hebatnya kopi justru mengubah air sedangkan bentuknya sendiri tetap sama.”
“Ibu ingin aku memilih seperti apa aku dalam menghadapi masalah-masalahku?” tanya sang putri sambil memegangi tangan Ibu. Ibu mengangguk.
Hidup tidak pernah mudah bagi siapapun. Baik bagi yang kaya, yang miskin, yang cantik, yang jelek. Semua tergantung bagaimana kita bereaksi. Apa kita menjadi lemah setelah menghadapi kesulitan. Atau hati kita malah menjadi keras dan beku, namun tetap mudah terluka. Atau kita bisa mengubah kemalangan yang menerpa,sehingga menjadikan situasi disekitar kita menjadi lebih baik. Seperti kopi yang malah mengeluarkan aroma dan cita rasanya ketika dia terkena air mendidih.
ini jelas bukan kisah original, ini adalah cuplikan dongeng yang pernah tersiar lewat kabar yang sempat membekas dihati..mohon dimaafkan bila disimpan dalam blog ini, sekedar membagi inspirasi. IS that OK?
KISAH IBU BERMATA SATU
Segera ibu tersebut menjadi pusat perhatian anak-anak. Bahkan sebagian ada yang mengejek dan menertawakannya. Anak tersebut menjadi sangat malu, ia lalu mengacuhkan dan lari meninggalkan ibunya.
Sepulang sekolah, anak itu langsung menemui ibunya dan bertanya, “ Mengapa ibu ke sekolah dan mengapa ibu memepermalukanku?”
Ibu tidak bisa menjawab, ia hanya meneteskan airmatanya dan terdiam. Namun putranya tidak merasa iba karena marah.
“Kalau ibu hanya bisa membuatku malu, kenapa ibu tidak lenyap saja dari muka bumi ini?”
Kata-kata putranya itu semakin membuat air mata ibu menderas. Putranya pergi sambil membanting pintu.
Hari demi hari rasa benci sang anak tak pernah berkurang. Tekad telah dibulatkan, setelah lulus sekolah dia akan pergi dari rumah dan mencari kehidupannya sendiri. Karena kecerdasannya, sang anak berhasil mendapatkan beasiswa dari luar. Anak tersebut berhasil membuktikan kecerdasannya, dia lulus dengan peringkat terbaik. Tak ayal banyak perusahaan yang berebutan untuk mendapatkannya. Dia akhirnya mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang besar.
Setelah punya rumah dan mobil, tak lama kemudian sang anak menikah kemudian mempunyai anak. Ibu hanya mendengar kisah keberhasilan anaknya dari gunjingan tetangga. Betapa mereka sangat mengasihani si ibu karena mempunyai anak durhaka, yang tidak pernah menengok ibunya. Padahal ia kaya, tapi ibunya dibiarkan sakit-sakitan di gubuk reot. Si ibu menyanggah semua itu, dia mengaku memang melarang anaknya untuk datang. Sebaliknya si Ibu lah yang sering disuruh singgah di rumah besarnya. Tapi tentu saja para tetangga tidak percaya begitu saja.
Karena begitu seringnya tetangga mencecarnya, tidak terasa rasa rindu yang selama ini terpendam meluap sudah. Dengan penuh semangat ia mendatangi rumah anaknya itu.
Ketika ia berdiri di depan pintu anak-anak menertawakannya, bahkan salahsatu dari kedua cucunya itu mengejek matanya yang hilang. Sang anak langsung keluar melihat sumber kericuhan. Begitu tahu kalau yang membuat kericuhan itu adalah ibunya, tanpa ragu dia mengusir ibunya pergi. “Belum cukup kau mengahncurkan masa kecilku? Apakah sekarang kau datang untuk menghancurkan seluruh masa depanku. Pergi kau dari sini! Aku tidak mau melihatmu lagi! Kau begitu keras kepala. Tidak heran ayahku tidak tahan padamu dan mati duluan. Padahal kalau dia masih hidup mungkin kita tidak miskin seperti itu.”
Bagai disayat sembilu, hati ibu begitu sakit. Dan diapun pulang dengan penuh kesedihan.
Waktu berlalu. Suatu hari pria itu menerima undangan reuni di kampung halamannya. Sebenarnya dia tidak ingin sama sekali pergi ke kampung itu. Dia benar-benar ingin meninggalkan jejak buruknya di masa lalu. Tapi, karena dia mulai ikut melakukan kegiatan politik yang menuntut untuk berhubungan dengan orang banyak terpaksa ia datang. Saat dia memasuki kampun halamannya, dia melihat begitu banyak orang berkerumun di depan gubuk tua milik ibunya. Hanya karena ingin tahu dia melongok ke dalam dan mendapati bahwa ibunya telah meninggal. Tanpa perasaan gundah dia hanya berkata bahwa memang sudah seharusnya wanita tua seperti ibunya itu mati. Karena kalau hidup pun hanya menyusahkan orang saja. Sakit-sakitan dan ingin diperhatikan.
Ketika dia akan pergi meninggalkan gubuk itu. Seorang tetangga memanggil untuk mendengarkan surat wasiat di ibu. Dengan enggan iapun kembali masuk. Tetua masayarakat kampung itu mulai membacakan surat wasiat si ibu.
“Saya tidak yakin bahwa surat ini akan dibaca oleh siapapun. Karena agaknya, satu-satunya harapanku, yaitu putraku, pun tidak mungkin kupaksa untuk membaca surat ini.
Walaupun kenyataannya surat ini hanya akan tertiup angin, terinjak-injak begitu saja, terhempas ke bibir pantai, dan yang membacanya pun tidak mengenalku, aku tidak peduli. Aku hanya ingin bersaksi, bahwa kalian semua salah. Anakku tidak seburuk yang kalian sangka. Semua perlakuannya kepadaku memang pantas dia lakukan, karena dia tidak tahu. Sejak kecil dia adalah anak yang cerdas dan lincah. Dia suka mencoba hal baru meskipun itu berbahaya. Suatu hari dia sedang mencoba bola baru yang dibawa ayahnya. Tapi tiba-tiba bola itu menggelinding ke tengah jalan, tanpa ragu dia berlari mengejarnya. Suamiku melihat sebuah kereta kuda yang berlari kencang ke arah anakku, dia berlari mencoba menahannya. Tapi nasib berkata lain, suamiku tewas terinjak kuda yang tidak bisa ditahan lajunya, dan anakku tertusuk matanya oleh serpihan-serpihan kereta yang hancur. Aku sedih karena kehilangan suamiku tapi aku tidak mau anakku sedih karena kehilangan matanya. Maka aku putuskan untuk memberikan satu mataku untuknya. Jika aku menjadi buruk rupa karena mataku cuma satu itu bukan salahnya, tapi itu salahku. Kalaupun aku bisa mnyerahkan nyawaku tentu aku juga akan memberikannya pada suamiku. Jika kemudian dia memarahiku karena memberikan kehidupan yang hina dina pun aku tidak akan marah padanya. Karena cuma itu yang aku punya. Sampaikan pada anakku, bahwa aku akan bersamanya, selalu. Dan aku minta maaf untuk itu.”
Si anak hanya bisa memegang matanya. Ya, ibu akan terus hidup bersamanya selalu. Bukan hanya dalam rongga matanya, namun juga dalam rongga dadanya.
Sabtu, 04 April 2009
Ini anak ketigaku, namanya Raka Mahatma Putra Wajdi. Tapi nama ini belum diresmikan, soalnya belum punya akta lahir..(tega beneerr ortunya, mentang-mentang anak diluar ASKES). Sampai saat ini masih jadi perdebatan, lantaran banyak yang nggak setuju namanya. Jadi sampai sekarang hampir setiap orang punya sebutan masing-masing. Bunda manggilnya Imbo. Mama Bulan manggilnya Bocil. Niay manggilnya Muhammad Kindy...Jadi lieur euy
Belajar nge-blog
Jumat, 03 April 2009
Nepatin Janji; "museum geologi"
Waktu tinggal di Bima, acara tugas ke Propinsi menjadi kesempatan untuk bersentuhan dengan “peradaban”. Acara wajib setiap ke Mataram adalah beli buah-buahan impor, beli baju anak-anak, beli mainan dan yang paling wajib: ‘beli buku’. Soalnya nyari buku yang bagus agak susah di Bima. Dan gak tahu kenapa, kebanyakan buku atau mainan yang di beli selalu berbau dinosaurus, jadilah anak-anak tanpa disadari jadi salahsatu fansnya para dino. Sampai akhirnya aku janji pada mereka kalau ke Bandung nanti akan aku ajak ke Museum Geologi, disana ada fosil dinosaurus. (Kalau kita mungkin cita-citanya mau ke Mekah liat Kabah, kalau mereka mau ke Bandung liat fosil, hihihi...)
Jadi pas akhirnya kami sekeluarga ke Bandung, hal yang pertama mereka tagih adalah ke Museum Geologi. Dan inilah hasil jalan-jalan kami....