Selasa, 17 November 2015

Memetik Ilmu dari yang Muda

 I understand now, why the anti-aging cream is very very very expensive


 Alhamdulillah, ternyata ilmu itu ada dimana-mana. tinggal kita mau memetiknya atau tidak.
Minggu, 15 November 2015 kemarin, saya berkesempatan bertatap muka, berdiskusi dengan adik-adik berbakat dan berprestasi perwakilan dari 24 provinsi di Indonesia. Mereka adalah para pemuda Indonesia yang mengikuti program pertukaran pelajar yang diselenggarakan Kemenpora. Tema yang diusung tahun ini adalah industri kreatif dan negara yang dipilih adalah Korea Selatan (Korsel). Setelah melakukan homestay selama 10 hari di Korsel, sekarang giliran mereka baik pelajar dari Korsel dan pelajar dari Indonesia melakukan homestay di sini.
Bandung adalah kota yang terpilih sebagai tempat untuk dijadikan studi banding tahun ini. Selain karena Bandung dikenal sebagai kota kreatif, Bandung juga merupakan sister city dari Seoul (kok mereka tahu, kalau Bandung itu perempuan? Apa karena terdengar seperti Mba Ndung, gitu? #garukpalaadakutu). Menurut mereka di Seoul ada tempat yang dinamai "little bandung". Mereka juga bercerita bahwa ada tempat di Korsel yang diarsitekturi oleh Walikota Bandung yang tercinta, Kang Emil (#membanggakan). Kemudian mereka bertanya, apakah di Bandung pun ada tempat yang di dedikasikan untuk Seoul atau Korsel? Saya hanya bisa menggeleng tak yakin. Kalau melihat bahwa pemuda Bandung sedang demam K-Pop bukan tidak mungkin "little korea" juga ada di Bandung (I am sure of it because I'm one of the victims... salanghabnida: Lee Min Ho, Yoo Ah In, Jung Yong Hwa, Kim Woo Bin, Kim So Hyun, Kim Hyung Joong... wawawa #langsung ngelapiler).
Awalnya saya duduk disana disetting sebagai orang yang diwawancarai, ditanyai pendapat dan pandangannya tentang kreatifitas di Bandung. Namun, dasar tukang nyensus! kenapa ujung-ujungnya malah aku malah balik wawancara mereka. [Sayangnya pertanyaan yang aku ajukan tidak ada dokumennya (jadi ga ada bukti bila dimasukkan ke dalam DUPAK fungsional.. #nyengir). Tapi untungnya saya tidak perlu bertanya berapa gram MSG yang mereka konsumsi selama seminggu yang lalu (maaf, jiwa pencacah Susenasnya terlalu lekat #nyengirlagi)].
Pertanyaan pertama saya adalah:
1. Apa pandangan kamu setelah membandingkan Indonesia dan Korsel?.
Mereka menjawab:
Membanggakan!
Indonesia tidak kalah dari Korea Selatan. Indonesia itu kaya!
2. Apa yang membuat kalian optimis, Indonesia bisa maju seperti Korsel?
Umur kemerdekaan Indonesia dan Korsel hanya berselisih 2 tahun. Kondisi Korsel 20 tahun yang lalu, menurut foto-foto yang diabadikan disana, tidak lebih baik daripada kondisi di Indonesia. Sama buruknya, sama miskinnya. Jadi, kalau Korsel sekarang bisa maju, kenapa Indonesia tidak?
3. Menurut kalian apa yang membuat Korsel bisa 'duluan' maju ekonominya daripada Indonesia?
Mereka masih kuat menjungjung budaya yang berasal dari ajaran konfusius, yaitu chung (kesetiaan) dan hyo (rasa persatuan). Mereka dengan mudah mematuhi aturan jika aturan tersebut dibuat untuk kepentingan bersama.
Komentar dalam hati: Indonesia juga punya cuy! 1) Bhineka Tunggal Ika, 2) Sila ke-3 Pancasila. Masalahnya,dipraktekin apa nggak? Jangan-jangan inget artinya saja sudah syukur (#salambuatyangpernahbelajarPMP).
4. Apa komentar pelajar Korsel tentang Bandung?
Panas! (Whathhh?? Bandung sedang musim hujan sekarang, cuy! ). Maklum di Korsel saat ini sedang musim dingin, sehingga tubuh mereka merasakan perubahan cuaca yang cukup ektrem (syukurlah mereka tidak harus studi banding ke NTT (#ngelusdada_alhamdulillah).
Selain itu, macet!
Komen dalam hati: yeeee... bukan Bandung keles, kalau ga macet! bandung coret aja udah mulai dihapus coretnya kalau udah ngerasain macet mah. Jadi berbanggalah kalau daerah tempat tinggalmu jadi daerah macet #mulainampardirisendiri.
Menurut pelajar Korea, transportasi massa di Seoul difasilitasi dengan baik oleh pemerintah. Selain karena harganya mobil mahal, dengan adanya fasilitas yang baik orang Korea menjadi tidak terlalu 'merasa perlu' untuk selalu mengendarai kendaraan pribadi. Oleh karena itu, para pemuda harapan Indonesia ini pun optimis: Indonesia bisa membangun transportasi massa sebaik dan senyaman di Seoul (seraya mengucapkan aamiin dalam hati, kenapa tiba-tiba inget oknum DPR yang jadi broker MRT yah? #namparmukasendirilagi).
Daripada aku tambah ngelantur dan semakin intens untuk menampari diri sendiri, lebih baik saya cepat sudahi. Pokoknya diskusi kami cukup panjang, asyik dan seru. Diskusi itu berhasil membuahkan sesungging senyuman di bibir saya. mereka berhasil memupuk kembali optimisme di dada saya. Mereka mengingatkan saya pada quote Presiden pertama kita : "Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia".
Jadi, tidak perlu menunggu seluruh pemuda Indonesia lulus UN dulu, baru kita bisa maju! Karena yang dibutuhkan Soekarno hanya 10! Sedangkan pemuda Indonesia yang hebat saat ini bukan 10 tapi buanyakk!
Sayangnya waktu Soekarno berkata itu, saya belum lahir. Dan setelah saya tahu quote beliau tersebut saya terlanjur tua!. Lalu posisi saya dimana Pak Presiden???? (#dengarlahjeritanhatiiniyaTuhan)
Maaf saya tidak sanggup melanjutkan tulisan ini lagi. Saya tiba-tiba merasa sedih... (#peluklututdipojokkan)
Now I’m determining my 2016 resolution: buy anti-aging cream!.
Wassalam!

Senin, 16 November 2015

Bila saja debat bisa menyelesaikan masalah...

Berhentilah berdebat!
Debat itu terjadi saat kemauan kamu dan kemauan orang lain tidak sama.
Meskipun usaha menghilangkan ‘debat’ dari muka bumi sama seperti menghilangkan surga dan neraka di langit sana.
Otak manusia dipenuhi jutaan neuron. Jutaan neuron yang terkombinasi-permutasi (maksa biar keliatan orang statistiknya #nyengir) menciptakan hubungan yang unik untuk setiap manusia. Jadi, dunia ini dipenuhi manusia-manusia dengan jalan pikiran yang berbeda, hati yang berbeda, norma yang berbeda, makanan yang berbeda, bahkan nomor HP saja berbeda. Jadi, mungkinkah kamu berharap mereka punya pikiran yang sama dengan kamu?
Debat tidak bisa dihilangkan, tapi setidaknya kita bisa berhenti meributkan pilihan orang lain untuk berpendapat. Kamu pernah tahu ihwal istilah ‘debat kusir’?. Konon, ketika seekor kuda delman kentut, penumpangnya nyindir sang kusir, “Pak, kudanya masuk angin tuh!”. Dengan mengambil posisi defensif sang kusir langsung menyergah, “masuk angin dari mana? Yang namanya kentut dimana-mana juga keluar angin, bu.”.
Menurut kamu, siapa yang benar dan siapa yang salah? Apakah kamu pilih jawaban si kusir atas nama pembelaan pada ‘wong cilik?’, atau mendukung si penumpang karena kebetulan dia temen kamu? Dapat kamu bayangkan, kalau saja kedua orang tersebut tidak mau kalah, lalu berjuang mati-matian untuk mempertahankan pendapatnya masing-masing? Sudah pasti keributanlah yang terjadi. Tapi lalu apakah yang mereka ributkan bermanfaat bagi sang kuda? Ah, saya terlalu banyak bertanya hanya karena sebuah dongeng. Dongeng super pendek yang tidak penting, tapi berpotensi memicu percerai-beraian antar suku bangsa, agama, bahkan mungkin suami-istri (kayak jaman waktu pemilihan presiden kemarin #nyengir).
Jadi saundara-saudaraku, berhentilah berdebat.
Mau pasang bendera kek, mau engga kek, itu pilihan. Mau mengibarkan bendera setengah tiang kek, mau engga, terserah.
Toh, tidak perlu membelah dada abang biar adik percaya cintanya abang. Tidak perlu mencat muka dengan merah putih untuk menunjukkan bahwa saya cinta Indonesia. Tidak perlu pake baju biru ijo oranye, buat menunjukkan saya cinta data berkualitas. Tidak perlu pake baju, tas, sepatu, topi, kaos kaki, dan baju dalem oranye untuk membuktikan saya berkomitmen pada kesuksesan SE2016 (tapi kalau tanda cinta Persib mah harus beli kaosnya atuh ... xixi. Bukan ‘bobotoh’ kalau ga punya baju biru mah...hahaha #ngiklan).
Berempati pada tragedi Paris tidak berarti kita berhenti berempati pada Gaza. Mensyukuri langit biru dan udara segar yang kita hirup saat ini tidak berarti kita lupa penderitaan saudara-saudara kita yang dirundung asap. Memasak makanan lezat buat keluarga di rumah tidak berarti kita tidak solider dengan orang yang kelaparan.
Semua itu dari hati Bro!
Cinta bukanlah apa yang kamu katakan tapi apa yang kamu tunjukkan (cieee..).
Jadi saudara-saudaraku pesan moral note-ku kali ini adalah: Tolong, lain kali kalau naik delman tanya dulu kudanya masuk angin atau tidak. Biar tidak terjadi keributan di dunia maya, ok?!.
Salam dari orang yang terlalu lama takut untuk berkomentar. Peace!!!
#tidak berdebat tidak sama dengan tidak berpendapat
#pembaca yang cerdas akan berkomentar dengan cerdas
#hati-hati, orang akan tahu jumlah neuron yang terhubung di otakmu, lewat komentar-komentarmu

 

Keluarga Pak Wajdi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang