Senin, 16 November 2015

Bila saja debat bisa menyelesaikan masalah...

Berhentilah berdebat!
Debat itu terjadi saat kemauan kamu dan kemauan orang lain tidak sama.
Meskipun usaha menghilangkan ‘debat’ dari muka bumi sama seperti menghilangkan surga dan neraka di langit sana.
Otak manusia dipenuhi jutaan neuron. Jutaan neuron yang terkombinasi-permutasi (maksa biar keliatan orang statistiknya #nyengir) menciptakan hubungan yang unik untuk setiap manusia. Jadi, dunia ini dipenuhi manusia-manusia dengan jalan pikiran yang berbeda, hati yang berbeda, norma yang berbeda, makanan yang berbeda, bahkan nomor HP saja berbeda. Jadi, mungkinkah kamu berharap mereka punya pikiran yang sama dengan kamu?
Debat tidak bisa dihilangkan, tapi setidaknya kita bisa berhenti meributkan pilihan orang lain untuk berpendapat. Kamu pernah tahu ihwal istilah ‘debat kusir’?. Konon, ketika seekor kuda delman kentut, penumpangnya nyindir sang kusir, “Pak, kudanya masuk angin tuh!”. Dengan mengambil posisi defensif sang kusir langsung menyergah, “masuk angin dari mana? Yang namanya kentut dimana-mana juga keluar angin, bu.”.
Menurut kamu, siapa yang benar dan siapa yang salah? Apakah kamu pilih jawaban si kusir atas nama pembelaan pada ‘wong cilik?’, atau mendukung si penumpang karena kebetulan dia temen kamu? Dapat kamu bayangkan, kalau saja kedua orang tersebut tidak mau kalah, lalu berjuang mati-matian untuk mempertahankan pendapatnya masing-masing? Sudah pasti keributanlah yang terjadi. Tapi lalu apakah yang mereka ributkan bermanfaat bagi sang kuda? Ah, saya terlalu banyak bertanya hanya karena sebuah dongeng. Dongeng super pendek yang tidak penting, tapi berpotensi memicu percerai-beraian antar suku bangsa, agama, bahkan mungkin suami-istri (kayak jaman waktu pemilihan presiden kemarin #nyengir).
Jadi saundara-saudaraku, berhentilah berdebat.
Mau pasang bendera kek, mau engga kek, itu pilihan. Mau mengibarkan bendera setengah tiang kek, mau engga, terserah.
Toh, tidak perlu membelah dada abang biar adik percaya cintanya abang. Tidak perlu mencat muka dengan merah putih untuk menunjukkan bahwa saya cinta Indonesia. Tidak perlu pake baju biru ijo oranye, buat menunjukkan saya cinta data berkualitas. Tidak perlu pake baju, tas, sepatu, topi, kaos kaki, dan baju dalem oranye untuk membuktikan saya berkomitmen pada kesuksesan SE2016 (tapi kalau tanda cinta Persib mah harus beli kaosnya atuh ... xixi. Bukan ‘bobotoh’ kalau ga punya baju biru mah...hahaha #ngiklan).
Berempati pada tragedi Paris tidak berarti kita berhenti berempati pada Gaza. Mensyukuri langit biru dan udara segar yang kita hirup saat ini tidak berarti kita lupa penderitaan saudara-saudara kita yang dirundung asap. Memasak makanan lezat buat keluarga di rumah tidak berarti kita tidak solider dengan orang yang kelaparan.
Semua itu dari hati Bro!
Cinta bukanlah apa yang kamu katakan tapi apa yang kamu tunjukkan (cieee..).
Jadi saudara-saudaraku pesan moral note-ku kali ini adalah: Tolong, lain kali kalau naik delman tanya dulu kudanya masuk angin atau tidak. Biar tidak terjadi keributan di dunia maya, ok?!.
Salam dari orang yang terlalu lama takut untuk berkomentar. Peace!!!
#tidak berdebat tidak sama dengan tidak berpendapat
#pembaca yang cerdas akan berkomentar dengan cerdas
#hati-hati, orang akan tahu jumlah neuron yang terhubung di otakmu, lewat komentar-komentarmu

0 komentar:

Posting Komentar

 

Keluarga Pak Wajdi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang