Kamis, 22 Februari 2018

Ikutan Seminar WAG Perempuan BPS Menulis II: "Mengomunikasikan Data melalui Opini"


Masih ingat dengan postingan Emak tentang #PerempuanBPSMenulis kan? Alhamdulillah bulan ini, kembali digelar Seminar WAG di komunitas ini untuk kali kedua. Topiknya masih seputaran menulis Opini.  Berbeda dengan sebelumnya narasumber seminar kali ini adalah seorang perempuan. Perempuan hebat yang benar-benar inspiratif.

Salah satu tugas yang diberikan oleh admin setelah Emak mengikuti Seminar WAG PBM ini adalah menulis ulang paparan narasumber. Tujuannya, selain berbagi ilmu tentu saja untuk melatih anggota untuk menulis. 

Narasumber Seminar WAG PBM II ini betul-betul inspiratif. Bagaimana tidak, diusianya yang masih muda (dibandingkan Emak tentunya 😂 ) beliau sangat produktif. Bayangkan tidak kurang dari dua tahun, beliau sudah menembus 14 media, dengan jumlah tulisan yang dimuat sebanyak 69 opini. Luarrrr byasahhh..

Namun, yang lebih luar biasa adalah kemampuan beliau untuk mengelola waktunya. Mengurus lima anak pastinya tidaklah mudah. Kalau sudah begini, Emak jadi malu sendiri. Setua ini masih 'malas' dan 'ragu' untuk 'beraksi'. Apalagi alasan Emak 'bermalas-malasan' adalah karena mau konsentrasi  mengurusi anak. Jadi malu hati, deh.  

Contoh yang baik harus diteladani, seperti filosofi ~Sendal Mushola~, ambil yang baik dan tinggalkan yang jelek. Maka, tidak ada alasan bagi Emak untuk tidak mencontoh yang baik dari Mbak Tasmillah, dan meninggalkan kebiasaan buruk Emak yang lama. Jika saja seekor bebek bisa berubah menjadi angsa, kenapa tidak Emak-pun berubah dari 'Emak Buruk Rupa' menjadi 'Emak yang Berguna'. Hahayy..

Nah, kalau ada yang penasaran pingin lirik apa saja yang disampaikan oleh Mbak Tasmillah, narasumber Seminar PBM IIini, boleh cari di sini ya. Blog yang itu insyaallah diniatkan untuk diisi dengan hal-hal yang 'bermutu'.. 

Makasih ya sudah mampir ke blok Emak. Jangan lupa mampir juga ke blog yang satunya. Di tunggu, lhoooo....


Salam Emak!
#PerempuanBPSMenulis
#15HariBercerita
#HariKe-15

Rabu, 21 Februari 2018

Balada Skandal Jepit



Cerita Sendal Jepit

Dulu sendal jepit merk 'Swallow' sudah termasuk sandal kelas bagus. Bahannya yang terbuat dari karet membuat harganya lebih mahal, sementara pesaingnya terbuat dari gabus yang teksturnya kaku. Sendal gabus kalau sudah terlalu lama dipakai akan melengkung, jelek kelihatannya. Sementara sendal yang terbuat dari karet, semakin lama dipakai semakin lentur. Walau menipis dan bolong pun dipakainya tetap nyaman. Kalau dipikir-pikir tidak semua sendal dengan bahan karet merknya "Swallow", tapi entah kenapa Emak selalu menyebutnya begitu.

Seiring dengan perkembangan ekonomi, sendal jepit semakin ditinggalkan. Kalau pun ada, digunakan untuk di rumah atau pengganti kelom-kelom kayu berpenampang sepotong karet ban di Masjid/Mushola.

Selalu ada celah untuk inovasi, Skandal Jepit

Selalu ada celah untuk kreatifitas dan berinovasi. Celah itu terlirik, oleh para inovator. Ada yang terpikir untuk menamai sandal dengan tulisan "Milik Masjid/Mushola". Emak dengan sepenuh prasangka baik, percaya bahwa alasannya supaya orang yang pakai sandal itu tidak khawatir sandal yang dipinjamnya adalah milik orang lain. Bahwa semua jamaah boleh memakainya tanpa perlu ijin dahulu. Mereka akan tenang Wudhunya..begitu.

Tapiiiiii, (mulai racun) Emak curiga.. jangan-jangan tulisan segede itu ada maksud lain. Pasti maksudnya supaya yang make sendal malu kalau bawa sendal itu keluar dari Masjid atau Mushola. Artinya, sendal itu ga akan hilang/lenyap karena ada yang 'sekedar' khilap.

Tapiiiiii,, (mulai racun) Emak curiga jangan-jangan walaupun angka IPM Indonesia terus meningkat, sebenarnya masih banyak manusia Indonesia yang buta aksara. Buktinya biar ditulisin segede gambreng di sendalnya, sendal mushola masiiiiiih aja hilang/lenyap tak bersisa. Hadeuhhh..

Istighfar dulu ahhhh..biar racunnya hilang.

Ikhlaskan!

Jadiiiiiiii, mumpung masih baru, masih utuh, warnanya masih selengkap pelangi di musim hujan, Emak foto dulu ya. Biar ada barbuk, bahwa dana itu benar dipaai buat membeli sendal. Sesaat lagi mereka hanya berupa kenangan. Bukti otentik bahwa mereka pernah berbakti di Mushola ini.

Semoga jadi amal bagi para pemberi shodaqoh, yang telah membagi sebagian hartanya untuk membeli sandal-sandal ini. Sandal yang melayani para hamba Allah untuk bersuci sebelum menghadap Rabb-nya.

Mereka kecil, tapi mereka berguna..



Balada Sandal Mushola
Salam Emak!

#PerempuanBPSMenulis
#15HariBercerita

#HariKe-14

Selasa, 20 Februari 2018

Quote: Salah Satu Cara Menyenangkan untuk Belajar Bahasa Inggris




Emak itu (katanya) termasuk generasi X. (Katanya) generasi X cenderung suka akan risiko dan pengambilan keputusan yang matang. Generasi X adalah hasil peralihan dari pola asuh generasi Baby Boomers yang 'keras', dengan masa awal perkembangan teknologi informasi.

Jaman Emak, pelajaran Bahasa Inggris baru dipelajari di bangku SMP. Sekarang anak TK saja sudah banyak yang cas-cis-cus. Mama-Papa banyak membantu Emak-kecil belajar Bahasa Inggris waktu itu. tapi, kalau diingat-ingat lagi sekarang ternyata banyak pronunciation mereka yang kurang 'pas'. Misal, thank you (ˈthaŋk-ˌyü \ ), dibacanya chaŋk-ˌyü \, ngomongnya pake muncrat dikit xixi. Mungkin karena generasi Baby Boomers masih kuat dipengaruhi gaya pendidikan Belanda.

Emak-kecil (waktu itu) kutu buku, suka sekali baca buku. Sedih ketika ada buku  yang menarik tapi isinya bahasa Inggris. Makanya, berusaha menambah vocabulary dengan menghapalkannya dari kamus. Sayangnya, Emak memulai dari Oxford Dictionary, saking tebelnya hingga ujung lulus SMA Emak masih berkutat di bagian kamus dengan kata yang berawalan "A".. kata yang paling Emak hapal adalah 'Abandon' dan 'Abundant'... lol.


Cukup lama Emak sadar itu cara yang kurang efektif untuk berlatih Bahasa Inggris. Lalu Emak mulai ganti strategi, yaitu dengan mengumpulkan quote-quote dalam Bahasa Inggris. Tidak berhasil benar.. tapi setidaknya 'it's a fun way to learn and practice'. Emak punya buku notes khusus yang isinya quote-quote tersebut. Bagi yang pernah baca tentang 'hoarder", boleh dibilang I was a quote hoarder back then. Jangan dibandingkan dengan jaman now ya. Waktu itu nyari quote ga gampang, soalnya mbah google waktu itu belum lahir..

Tentunya cara ini ga 'plek  bisa diterapkan ke anak-anak, secara passion mereka beda banget dengan Emak. Lagipun, anak jaman now yang konon adalah generasi Y, sudah ga butuh kita buat belajar Bahasa Inggris. Mereka lebih pintar, karena bahasa inggris lekat dalam daily practice mereka (game maksudnya huhh.. #melenguh). Ga kaget kalau seringkali mereka mengkoreksi kalau Emak salah ngomong atau salah grammar.

Emak memang beda jaman dengan anak-anak. Emak sadar, ga selamanya orangtua selalu benar, dan ga selamanya orang tua lebih tau dari anaknya. Tapi ya Sudahlah, Emak serahkan pada anak-anak bagaimana mereka menikmati cara mereka dalam menikmati berbahasa. Yang penting Kaka Jaka harus rela kamar dindingnya dtempeli lettering quote Emak.. Kalau ga kalian siapa lagi yang rela, Nak? Plissss...


Salam  Emak!


#PerempuanBPSMenulis
#15HariBercerita

#HariKe-13


Senin, 19 Februari 2018

Emak Masih Menyimpan Mimpi dalam Mimpi, namun Adapula Mimpi yang Cepat menjadi Nyata


*foto ini dibikin waktu Emak lagi seneng lagi bikin 'lettering quote' gitu. Quotenya ditempel di dinding kamar Kaka Jaka. jadi buat moto ini kaki Emak naikin ke tembok. Tenang aja sepatunya masih baru kok belum kotor. Bukan buat pamerin sepatu, cuma biar matching aja dengan warna quotenya yang merah manja merona kayak warna lipensetip Emak. Tapi ga mungkinkan moto quotenya sambil pamer bibir kannnnn... #takutbanyakyangjijik


Semua orang punya mimpi. Mimpi itu adalah pilihan. Mimpi itu ada yang mudah didapat, ada yang tidak. Ada yang memilih untuk menggapainya, ada yang tidak. Emak sendiri sedang memilih untuk menyimpan mimpi Emak. Emak suka banget quote ini karena mengingatkan, bahwa Emak harus segera memetik bintang di langit dan menjadikan mimpi tidak sekedar mimpi.

Ah tapi, mungkin belum sekarang. Emak masih menikmati tidur panjang ini. Masa dormansi yang entah kapan akan Emak sudahi. Emak sedang berjuang mengumpulkan energi. Beberapa teman menjulurkan tangannya untuk membantu Emak menggapai mimpi ini, Emak masih berpikir kedua kali.

Mimpi Emak masih terlalu indah untuk dinikmati saat bermimpi. Emak takut untuk bangun dari tidur panjang ini.

Takut, karena dalam kenyataannya ketika Emak terluka, Emak akan merasakan sakitnya.

Ketika Emak jatuh, Emak akan merasakan lebamnya.

Ketika, pipis Emak merasakan hangatnya.. Uupssss. agaknya sekarang waktunya Emak bangun. hangat itu sepertinya nyata. Permisi Emak mau ke kamar mandi dulu yaaaaa dadaaaaaagg....


Salam Emak!

#PerempuanBPSMenulis
#15HariBercerita

#HariKe-12

Sabtu, 17 Februari 2018

Harga Helm Makin Mahal, Emak Belum Ingin Beli yang Baru

Pada dasarnya Emak itu orangnya sangat kritis. Sangat gampang mengkritik, lebih tepatnya. Tapi belakangan, Emak belajar mengendalikan diri. Setidaknya untuk tidak lagi terlalu frontal. Sebelum mengutarakan kritik, Emak berlatih untuk melihat dari perspektif yang lain. Gara-gara ini Emak jadi sadar, sebenarnya tidak pernah ada yang namanya 'salah'. Salah itu cuma istilah untuk menggambarkan adanya 'perspektif yang berbeda'.

Namun kalau pandangan ini kebablasan ternyata berbahaya juga lho. Emak merasa menjadi tumpul, dan kurang berkontribusi. Menjadi orang yang mencoba memahami banyak perspektif membuat Emak menjadi fleksibel dan berusaha mengatasi masalah setelah masalah itu timbul. Emak kehilangan ketajaman dalam mengidentifikasikan masalah dan tidak terlatih lagi untuk antisipatif. Sebagian orang yang tidak paham akan menilai Emak sebagai orang yang mencla-mencle, kanan-kiri oke.. dll.

Well, memang mustahil kita menyenangkan semua orang. Bahkan ketika kita menjadi orang yang baik sekalipun, ada saja orang yang 'ngrasani'.

Mmmh, agaknya Emak mulai berfikir untuk kembali berlatih menjadi pribadi yang kritis lagi. Mungkin kali ini alirannya di per-advance (istilah apaaaa cobaaaaa #ngarang), KRITIS YANG BIJAKSANA (modified critism). Apa itu definisi dari kritis yang bijaksana? Kritis yang bijaksana adalah kritis dalam dosis rendah. Dengan aturan pakai yang sesuai takaran resep dokter jiwa. Bahaya kalau overdosis, karena efek sampingnya adalah: bertambahnya jumlah musuh dan peningkatan kadar kekerasan kepala. Orang yang keras kepala biasanya diciri-cirii dengan kepala yang membesar. Bahayanya jika terjangkit penyakit ini adalah, susah pake helm, ga muat!!!

... dan Emak belum pingin 'buang duit' buat beli helm baru.




Udah ah nglanturnya..

Salam Emak!

#PerempuanBPSMenulis
#15HariBercerita


#HariKe-11

Jumat, 16 Februari 2018

Emak Bertanya: Perlukan Membantu Teman dengan Gaya Hidup diluar Kemampuannya?

"With great power comes great responsibility"
-Voltaire


Suatu ketika disiang bolong, sebuah sms tiba di kotak pos HP Emak. Asalnya dari nomor tidak dkenal. Emak buka dengan tergesa, khawatir berita penting yang dibawa. Rupanya sapaan mesra dari teman yang lama tidak berjumpa. Emak menjawabnya pun dengan mesra, walau sedikit curiga karena setelah kami chit-chat seadanya dia tidak mengatakan apapun yang begitu penting. Oh, mungkin dia hanya melepas rindu, bisik Emak berbaik sangka. Chit-chat kami pun berakhir dengan saling mendoakan untuk kebaikan kami masing-masing.

Beberapa hari berselang, dia menyapa via sms lagi. Emak meladeni sekedarnya. Maklumlah, saat itu masih jam kerja. Dia mulai curhat ina dan inu. Ujung-ujungnya.... minta tolong... ga jauh-jauh... minjem duit! Dia butuh duit buat bayar sekolah anaknya. Anaknya sekolah di sekolah ternama dengan bayaran yang terkenal duilaaa... Emak terhenyak. Emak, hanya menyekolahkan anak-anak di sekolah negeri. Sadar dengan kemampuan ekonomi yang banyak keterbatasan. Tiba-tiba Emak terjaga, apakah Emak perlu menolongnya? Sepertinya secara ekonomi, seharusnya dia lebih berada daripada Emak. Di facebook seringkali dia memposting fotonya sedang berfoto dengan kendaraannya. Kadang juga memposting foto-foto ketika sedang kuliner dan berwisata. Sedangkan Emak? wadohhhh....

Dilema..

bantu?

tidak?

bantu?

tidak?

mudharatkah?
manfaatkah?

Teringat quote Voltaire yang dikutip dalam "Spiderman"
~ kekuatan yang besar selalu dsertai dengan tanggung jawab yang besar pula~

Emak jadi sadar bahwa, ketika Allah memerintahkan kita untuk menjadi manusia yang "berkekuatan", kuat mental, kuat harta, kuat ilmu bukan untuk berjumawa. Kekuatan itu bukan membuat kita menjadi nampak besar dan merasa patut dihormati, tapi membuat kita mampu untuk 'digandoli' masalah-masalah yang sebetulnya bukan masalah kita. Kita menjadi jalan bagi Allah membagi berkahNya.

Sekali lagi Emak teringat sms teman tadi.
Sepertinya urusan seribu dua ribu Emak masih bisa bantu. tapi urusan teman dengan gaya hidup yang 'begitu', apakah Emak pantas untuk membantu.. Emak masih ragu..

Sesungguhnya Allah tempat mengadu...
Ada yang punya saran, Emak harus bagaimana?



Salam Emak!

#PerempuanBPSMenulis
#15HariBercerita


#HariKe-10

Kamis, 15 Februari 2018

Ketika si Doi Menikmati Pekerjaannya


Beberapa orang ga akan percaya kalau diceritain, si doi akan jatuh terlelap dalam 5 menit sejak duduk di kursi bioskop; 10 menit sejak 'gogoleran' depan tipi; atau 2 menit sejak istrinya mulai nyap-nyap.

Beberapa orang tahunya, si doi bisa ga tidur semalam suntuk kalau udah mulai ngomong sendiri atau mulai cetak-cetekin kibor kompinya.

Bagi sebagian orang adrenalin rush itu muncul saat bungee jumping, atau negbut-ngebutan di jalanan ibukota, tapi bagi si doi adrenalin rush itu justru muncul saat begini ini, stressfull pressure-high expectation-heavy responsibility.

Kebayang deh, jedag-jedug jantungnya ngalah-ngalahin kalau doi over dosis caffeine kopi Starbucks.

si Doi kalau dapat tantangan begini, bisa lupa betapa pelornya beliau. Begadang berapa malem pun, dijabanin. Demi tantangan ini, si doi sampe lupa jadwal ngontak istri (untung istrinya sabar dan sholehah). Walaupun memang, setelah pekerjaan selesi, si doi akan bayar tidurnya 2x lipat. Itu pun belum tentu cukup buat ngembaliin staminanya. 

Sehat-sehat ya, si doi-ku.

Emak cuma bisa menghiburmu dengan sebuah lagu.. 🎼"pak tua sudahlah...engkau sudah terlihat lelah ouuuoo". 🎤🎶



Salam Emak!
#balada #iwanfals
 #PerempuanBPSMenulis
#15HariBercerita


#HariKe-8

Rabu, 14 Februari 2018

Behind the Scene: Ko P SP2020

Berawal dari obrolan-obrolan ringan saat si doi menghisap-hembus batang bertembakaunya. Tercetus ide-ide liar itu..

Berawal dari selftalk saat malam-malam diujung kantuk. Terbersit ide-ide konyol itu. .

Saat si doi tertawa geli sendiri, Emak tanya kenapa. "Mirip merk kecap!", jawabnya. Emak melenguh, ga ngerti.. terlanjur ngantuk, Emak biarkan saja si doi menikmati petualangan kreatif dalam benaknya itu.

Kick Off Meeting Sensus Penduduk 2020 (BPS)

Besok pagi, si doi udah asyik ngonsep-ngonsep. Mulut Emak mulai manyun dikit. Maunya sih ngelarang si doi kerja saat weekend. Mosok 2 hari di rumah yang di kepalanya tetep kerjaan juga😪. Tapi apa daya, si doi ga pernah larang kalau Emak sibuk urusan kerjaan juga. SATU SAMA. Manyunnya diilangin deh, dengan terpaksa😆.

Besokkannya, mulai anaknya dikerjain, disuruh bikin sketsa inilah-itulah. .



Hari ini beberapa ide liar dan ide konyol itu terlaksana sudah. Ide yang tidak berakhir dikertas konsep, atau obrolan omong kosong di kala senggang.

Dukungan dari orang-orang yang percaya pada si doi, dan pastinya ridho Allah SWT, memungkinkan semuanya lancar jaya. .



Oh si doi, abaikan mereka yang berebut nama untuk ide dan kerja kerasmu. Ingat saja mereka yang berjuang bersamamu. Acknowledgement dari pimpinan agaknya cukup untuk menyeka genangan airmata yang pernah ada di pelupuk anggota tim-mu.

Emak tahu, si doi memang ga akan peduli, namanya disebut atau tidak. Emak tahu dengan lancarnya acara saja, si doi sudah cukup berbahagia.

Sayangnya si doi menolak di saat diingatkan untuk berhenti menghisap si rokok putihnya. Katanya, "takut nanti keabisan ide.." 😪

Dan karena alasan itulah, kali ini, Emak manyun-nya beneran😒😠



Salam Emak!
#PerempuanBPSMenulis
#15HariBercerita
#HariKe-7

Selasa, 13 Februari 2018

Jangan Ngikutin yang Jelek, Mak. Kapan majunya?

Undangan itu jelas-jelas mencetak bahwa meeting hari ini dimulai 08.30 WIB. Tapi sampai pukul 10.30, kursi-kursi masih banyak yang belum diduduki.  Emak terus mengunyah, menghibur diri dengan pisang rebus dan kopi yang terhidang. Laptop yang mulai kehabisan baterai berdecit-decit minta di-charge.

Satu persatu peserta hadir. Sekedar mengakrabkan diri, Emak tinggalkan laptop dan bergabung dengan teman-teman yang baru datang. Seorang teman dari dinas sebelah curcol tentang kesibukannya yang luar biasa. Baginya meeting ini sangat prioritas, sehingga dia mendelegasikan beberapa agendanya yang lain. Dia cerita kalau pekerjaan semakin berat dan banyak, apalagi karena dia hanya  dibantu 3 orang staf.  Emak menahan sunggingan senyum kecut, secara Emak pernah punya 2 staf. Itu saja sudah disebut sangat beruntung. Lalu dia bilang, "beruntunglah BPS punya banyak staf."

Huekk..White Coffee yang sedang Emak uyup hampir bikin Emak tersedak. Hati Emak ngga terima. Emak menggeleng-gelengkan kepala tanda tak setuju. Hasil analisis beban kerja terakhir menyatakan jumlah SDM BPS kurang, belum seimbang dengan jumlah pekerjaannya.  Namun apalah daya, Emak sadar mereka pun tak ingin tahu seperti apa beratnya pekerjaan kami. Emak juga tidak perlu menjelaskan kerjaan apa yang Emak tinggalkan demi menghadiri meeting ini, karena Emak pun ngga mau tahu seberapa banyak kerjaan mereka. Mungkin seperti itulah kita manusia pada default setting-nya, playing victim! Kita seringkali merasa kitalah yang paling sibuk, paling capek, tapi paling tidak beruntung.


Emak meninggalkan obrolan itu. sambil tersenyum. Tidak senyum kecut seperti sebelumnya, tapi senyum super manis. semanis Tropicana Slim. Hati Emak terasa ringan dan dipenuhi rasa syukur. Bersyukur karena setelah pertentangan batin yang panjang, akhirnya Emak memutuskan untuk menggembol laptop ke sini. Waktu tunggu 2 jam tadi bisa Emak manfaatkan secara produktif. Alhamdulillah, 2 jam yang tidak tersia-sia. Emak tidak merasa rugi walau meeting ini tertunda lama. Emak masih bisa kerja.

Tetiba ada suara setan berbisik, "makanya Mak, besok-besok ga usah on time lagi, rugiiii..".

Wusss.. dengan sigap setan itu Emak gebah. "audzu billahi minash syaithanir rajim. Emak itu ASN BPS, we are trained to be on time. Pekerjaan kami selalu berpacu dengan waktu. Emak itu 'agent of change', catettt!!!"


Kali ini suara hati yang berbisik lembut, "jangan ngikutin yang jelek, ya Mak. Kapan majunya?"



Salam Emak!

#PerempuanBPSMenulis
#15HariBercerita


#HariKe-6

Senin, 12 Februari 2018

Cerita Ayah: tentang Imam Masjid

Biasanya Ayah rajin sekali shalat ke masjd. Setidaknya setiap Maghrib dan Isya setelah Ayah pulang kantor. Kebiasaan ini juga diikuti oleh anak-anak Emak yang semuanya laki-laki. Mereka selalu Emak ingatkan bahwa keutamaan laki-laki adalah shalat berjamaah di masjid. Memakmurkan masjid adalah kewajiban para laki-laki.

Tapi beberapa waktu berlalu, Emak lihat intensitas Ayah semakin berkurang. Sekalipun pergi ke masjid, pulang-pulang bawa wajah yang masam.  Emak penasaran, lalu bertanya alasannya.

“Semakin hari semakin parah”, jawab Ayah pendek.

“Parah apanya?”.

“Mmmmm..” Ayah menggumam ragu. “Bacaan shalat imamnya sering salah, makhraj-nya ngaco. Awalnya Ayah coba untuk memaklumi, mungkin karena sudah tua dan lidahnya orang Sundanya susah dirubah. Tapi lama-lama Ayah malah sering ngedumel dalam hati pas shalat. Kayaknya shalat di masjid malah bikin tambah banyak dosa.”

“Kenapa gak Ayah saja yang jadi imam kalau begitu?”.  Ayah memang bukan lulusan pesantren tapi Ayah dibesarkan dalam keluarga yang kental ajaran agamnya.  Ayahpun (pernah) hapal beberapa juz dalam Al Qur’an.

“Ya, ga bisa begitu. Ada adab dan aturan bagi seseorang untuk menjadi imam. Kalau Ayah maksa jadi imam gitu, Ayah akan jadi imam yang dibenci oleh jamaahnya.” Padahal itu salah satu yang dilarang bagi imam dalam memimpin shalat berjamaah”.

“Lah, kalau Ayah bisa tapi Ayah diam saja, Ayah ikut menanggung dosanya juga dong.”

“Iya sih, habis gimana mereka sudah sepuh semuanya…”, ujar Ayah sambil ngeloyor pergi.



Suatu hari sepulang dari masjid, Ayah cerita dengan berapi-api. Katanya di papan pengumuman ada surat yang 'ngeritik' DKM. Seharusnya DKM serius dalam memilih imam shalat. Imam shalat sebaiknya yang bacaan suratnya fasih.  Bahkan secara jelas, surat itu menyebutkan beberapa lafadz yang sering salah dibacakan oleh salah seorang imam.

Ayah nampak lega sekali, semua yang ada dalam benaknya tidak perlu keluar dari mulutnya. Ternyata bukan Ayah saja yang ‘menderita’ selama ini.  Tapi dengan adanya surat kaleng di papan pengumuman itu, Ayah jadi sadar kalau kebenaran memang perlu disuarakan. 

Mungkin kita memang tidak pernah sendirian.

Entahlah Emak ga bisa menentukan itu cara yang tepat atau tidak, cara yang baik atau tidak, yang yang efektif atau tidak. Tapi, kalau semua orang seperti Ayah, menahan diri untuk menyatakan kebenaran dan mengorbankan pahala ibadah atas nama sopan-santun, maka ini jalan yang harus diambil. 

Kita harus bersikap!

Truth Hurts but Doesn’t Kill,

Lies May Please But Doesn’t Heal

 The Truth May Hurt for a Little While

But a Lie Hurts Forever

*******



Dasar ILMU-nya...


"Syarat-syarat Imam Shalat"


Shalat secara berjamaah lebih disukai Allah azza wa jalla. Bahkah Allah menggandakan pahala shalat berjamaah hingga 27 derajat, agar manusia suka melakukannya.

Dalam shalat berjamaah ada dua komponen utama: imam dan makmum. Imam bertugas memimpin shalat dan makmum mengikutinya. Sebagai seorang penentu shalat para makmumnya maka selayaknya imam dipilih dari kalangan terbaik dan manusia paling utama diantara jamaah.

Banyak sekali keutamaan menjadi seorang imam. Ada hadits yang menyebutkan, bahwa imam memperoleh pahala seperti pahala orang-orang yang shalat di belakangnya [1]. Namun keutamaan ini tidak menjadikan setiap orang berhak menjadi imam, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi.

Secara internal pada dirinya seorang  yang akan menjadi  imam perlu berintrospeksi, menimbang diri, apakah layak untuk menjadi imam.  Secara syariat, penentuan imam bisa didasarkan pada empat (4) hal ini:

1. Tuan rumah;
2. Penguasa, atau imam yang ditunjuk oleh penguasa (imam rawatib);
3. Orang yang paling fasih dan dalim dalam membaca Al Qur'an maupun ilmu agama        diantara para jamah;

HR  Abi Mas`ud Al Badri Radhiyallahu ‘anhu , dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


يَؤُمُّ اْلقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ ، فَإِنْ كَانُوْا فِى الْقِرَاءَةِ سَوَاءٌ فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ ، فَإِنْ كَانُوْا فِى السُّنَّةِ سَوَاءٌ فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً ، فَإِنْ كَانُوْا فِى اْلهِجْرَةِ سَوِاءٌ فَأَقْدَمُهُمْ سِلْمًا (وَفِى رِوَايَةٍ : سِنًّا)، وَ لاََ يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فِي سُلْطَانِه (وفى رواية : فِي بَيْتِهِوَ لاَ يَقْعُدْ عَلَى تَكْرِمَتِهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ

Yang (berhak) menjadi imam (suatu) kaum, ialah yang paling pandai membaca Kitabullah. Jika mereka dalam bacaan sama, maka yang lebih mengetahui tentang sunnah. Jika mereka dalam sunnah sama, maka yang lebih dahulu hijrah. Jika mereka dalam hijrah sama, maka yang lebih dahulu masuk Islam (dalam riwayat lain: umur). Dan janganlah seseorang menjadi imam terhadap yang lain di tempat kekuasaannya (dalam riwayat lain: di rumahnya). Dan janganlah duduk di tempat duduknya, kecuali seizinnya” [2]


4. Bukan orang yang dibenci oleh makmumnya. 
Tentunya kebencian disini bukanlah kebencian yang didasarkan pada urusan duniawi. Menurut Ahmad dan Ishaq dalam Dha'if Sunan Tirmizi, jika yang membencinya satu, dua atau tiga maka tidak mengapa ia shalat bersama mereka[3]. Namun Shiddiq Hasan Khan rahimullah mengatakan jika disadari ada unsur kebencian diantara jamaahnya maka sebaiknya ia tidak menjadi imam.



     Footnote:
[1]. Kitab Mulakhkhsul Fiqhi, Syaikh Shalih bin Fauzan, halaman 1/149.

[2]. HR Muslim 2/133. Lihat Irwa` Ghalil 2/256-257.

[3]. Lihat Dha`if Sunan Tirmizi, halaman 39.







 I     Ilmu disarikan dari :"Adab-adab Imam dalam Shalat Berjamah"






#PerempuanBPSMenulis
#15HariBercerita

#HariKe-5

Jumat, 09 Februari 2018

Cerita tentang Teman Emak

Teman-teman Emak itu banyak yang keren-keren. Keren, karena mereka menyadari passion-nya masing-masing. Mereka mampu mengembangkan passion-nya itu menjadi kapasitas yang membuat mereka spesial. 

Teman-teman Emak itu mengharukan. Tidak jarang mereka mendapat tugas dengan instruksi tidak jelas. Apalagi honor, jelas-jelas tidak jelas. Mengharukan, karena apapun keadaannya mereka sigap dan tangkas melaksanakannya. Slogan mereka seperti tentara, "Siap laksanakan!".

Teman-teman Emak itu membanggakan. Membanggakan, karena semangat mereka yang selalu menyala-nyala, mereka bermental baja, dan pastinya tahan bantingan. Mereka siap dicap gagal atau dinilai buruk karena prinsip mereka adalah kerja tanpa pamrih, lillahi ta'ala. 

Si Emak yang cuma rempeyek sisa dalam kaleng Khong Guan ini mah, cukup bahagia menjadi teman mereka. Cukup memantau via WAG seraya berdoa agar perjuangannya lancar jaya.

Tetaplah menebarkan aura positif teman-teman Emak. We need you around
Barakallahu..



Salam Emak!

#humas #BPS_Jabar 

#PerempuanBPSMenulis
#15HariBercerita


#HariKe-4

Rabu, 07 Februari 2018

Rumahku Bukan Rumah Laba-Laba

Allah menyebutkan banyak nama binatang dalam firman-Nya, salah satunya adalah laba-laba.
Kata bu ustadzah, penyebutkan laba-laba dalam Al-Qur'an yang dinyatakan sebagai Al-Ankabuut  adalah celaan. Bukan celaan terhadap binatang lebahnya, tapi celaan pada yang dibangunnya: rumah yang rapuh. Dalam QS. Al- Ankabuut:41 disebutkan kata 'rapuh' dalam bahasa 'ismu tafdhil, 'auhana' yang berasal dari kata 'wahana' yang berarti lemah.

Firman Allah dalam ayat ini tentu saja tidak membahas tentang betapa rapuh dan lemahnya rumah laba-laba. Allah memberikan perumpaan saja, agar hanya menjadikan Allah sebagai tempat berlindung dan tempat bergantung. Menjadikan selain Allah sebagai tempat memuja, bagaikan membangun rumah yang rapuh seperti rumah laba-laba.

"Perumpaan orang-orang yang mengambil penolong-penolong selain Allah, adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba, jika mereka mengetahuinya." (QS Al-Ankabuut:41)

Sering menghadiri majelis ilmu tidak disangkal lagi akan menambah keimanan Emak. Ayat ini bukan baru sekali Emak dengar, bukan sekali Emak simak. Tapi manusia harus terus diingatkan, harus terus disentuh hatinya.

Semoga, rumah keluarga Wajdi tidak seperti rumah laba-laba. Semoga, keluarga pak Wajdi selalu dalam lindungan Allah, dijauhkan dari godaan syetan yang terkutuk dan tidak pernah menjadikan selain Allah sebagai sesembahan.

Aamiin..
Semoga kita semua begitu juga yaaa..


Salam Emak!

Senin, 05 Februari 2018

Trying to be Better


Lucu... ga tau sumbernya dari mana (sorry), tapi Bunda dapetin kutipan ini dari posting FB temen yang kebetulan berprofesi sebagai psikolog (psychologist).

Hmmm, yang ingin Bunda bahas bukan tentang 'menikahi seorang psikolog' ya, secara Bunda bukan psikolog. Jadi, ga mungkin pake jurus ini buat nyolek ayah. (#colek ayah dikit ah). Tapi ada kalimat di paragraf ketiga yang penting banget buat reminder Bunda: "Though she's not perfect, but she's trying to be one by helping others to be better."

Trying! Ya, itu adalah kata kunci dari pertanyaan yang diajukan Bunda pada diri sendiri.
Bunda sadar kalau Bunda jauh sama sekali dari kesempurnaan. Karena terlalu sadar itulah, Bunda sering menjaga jarak dari setiap upaya untuk mendekatinya, terlalu takut dikatai : "Sok", atau "belagak", atau "carmuk", atau apalah kata sepadanannya.

Well, setidaknya dari reminder itu, Bunda akan bangkit lagi untuk "mencoba" selalu mencoba menolong orang lain agar lebih baik. Kata pepatah: "Pemimpin yang hebat adalah pemimpin yang mampu menciptakan pemimpin-pemimpin hebat lainnya". Minimal Bunda akan mencoba menjadikan anak-anak Bunda pemimpin hebat bagi dirinya, keluarganya dan din-nya..Amin!

Ayo Bunda Bisa!




Minggu, 04 Februari 2018

Bukti (Emak Hoarder)

Katanya anak alay sekarang, no pic berarti hoax. Jadi dalam rangka mendukung 'posting bertanggung jawab", Emak harus ngasih bukti. Jangan kayak politisi jaman now, hanya bisa janji, tapi ga bisa ngasih bukti #eaaaaa



Gambar ini hanya menunjukkan sebagian kecil dari apa yang menggunung di ruang penyimpanan. Kali ini yang bertugas untuk sorting adalah Abang. Bukan apa-apa, yang paling ngerti urusan kabel mengabel diantara Emak, Kakak dan Imbo ya cuma Abang.

Sebagai petugas, Emak memberikan prerogatif pada Abang. Dia boleh buang apapun yang tidak berguna atau sudah rusak. Ternyata kebanyakan kabel itu masih berguna, tidak rusak dan dalam kondisi baik. Rupanya mereka ada dalam gudang, karena kebanyakan mereka ketinggalan jaman saja. Sayangnya, karena zadul barang-barang itu tidak bisa dijual. Kalaupun diberikan pada orang lain, mereka belum tentu mau juga.

Ga percaya?
Serius! Tukang sampah aja, manyun gitu waktu kami sodorin satu kardus barang elektronik. Sengaja disimpan dalam dus agar rapi. Biar tukang sampah tahu sebenarnya itu bukan sampah. Setidaknya masih ada harganya kalau di jual ke tukang rongsokan. Kami pikir beberapa perak bagi tukang sampah lumayanlah. Itung-itung bagi rejeki. Ndilalah kok malah manyun tukang sampahnya. Akhirnya kita kasih duit tips, biar dia mau bawa tuh kardus.

Kalau begitu, hati jadi miris. Apakah Emak yang terlalu pelit sehingga hanya memberi barang rongsok untuk dijual? Ataukah ada orang-orang yang susah maju karena memang susah untuk ditolong.

Ah, sudahlah.. pelajaran hari ini adalah :
Jangan  berharap ucapan terimakasih dari mereka yang kita pedulikan.Tapi, jangan lupa untuk berterimakasih pada mereka yang mempedulikan kita.


Salam Emak!

Sabtu, 03 Februari 2018

Kita Bukan Gajah Kecil (lagi)

Pernah cari tahu bagaimana sirkus menjinakkan gajah? Ternyata ketika gajah kasih kecil, mereka memasang rantai di kaknya memancangnya pada sebuah pasak. Sampai besar, gajah itu diperlakukan begitu. Bedanya, kali ini rantai tidak lagi dipautkan pada apapun. Anehnya walau sudah tidak tertaut, gajah itu tidak pernah mecoba untuk lari atau pergi meninggalkan sirkusnya.

Memori masa kecilnya merekam, setiap ingin lari dia tidak berhasil. Kakinya terantai. Semakin keras dia mencoba semakin keras jatuhnya. Hingga akhirnya gajahpun berhenti mecoba, yang dia percayai hingga besar adalah "saya tidak akan pernah bisa".

Kita kah gajah itu?

Tanpa kita sadari, larangan-larangan yang acap kita dengar semasa kecil membuat kita berkembang menjadi manusia bernyali ciut.

"Jangan lari-lari, nanti jatuh!"

"Jangan hujan-hujanan, nanti sakit!"

"Jangan ikut campur, kamu masih keci!"


Sadarkah kita, kalau semakin dewasa kita justru malah semakin penakut, semakin tidak kreatif, semakin takut mengambil resiko, semakin mengkotakkan diri.

Waktu kecil, kalau ingin jajan harus minta dulu ke orangtua; kalau mau pergi harus seijin orangtua; harus ini harus itu. Setelah besar, memang tidak harus minta ijin lagi ke orang tua, malah lebih berat; minta ijin pada diri sendiri. "aku boleh begini gak ya?, "aku boleh begitu, gak ya?, "orang nanti sebal ga ya?", .. dan sebagainya. Kitalah yang membatasi diri sendiri.

Pikir-pikir, apa sih yang membuat kita takut? Takut di kritik? Takut dihina?
Bos Emak pernah bilang, "kamu jangan takut di kritik, di hina atau di marahin. Toh gak bikin bopeng, ga ninggalin tanda di muka kamu. Yang perlu kamu lakukan adalah menyaringnya.  Dengarkan yang bisa jadi masukkan, abaikan yang tidak ada artinya. Pilih mana yang perlu di dengar, dan mana yang harus dilupakan".

Nasihat itu betul-betul mengena ke hati Emak.

Ketika kita takut berbuat karena takut menerima respon negatif dari orang lain, maka kita memilih untuk tidak melakukan apa-apa. Tidak melakukan apa-apa memang aman, karena tidak akan salah dan tidak akan benar. Tapi , kita kehilangan peluang untuk menunjukkan kemampuan kita.

There are always people who will acknowledge our capabilities, other than those who will despic.
So, saatnya jadi gajah yang besar.

Jangankan cuma matahin rantai, matahin hati orang juga sudah bisa kaaaannn???..   
#eaaaaaaa


Salam Emak!

#challengePBMday1st













Selasa, 30 Januari 2018

Hoarder

Hoarder??

Susah mencari padanan kata ini dalam bahasa Indonesia. Sederhananya, 'hoarder' adalah titel untuk orang-orang yang sulit membuang barang. Hoarder mempunyai kecenderungan untuk menimbun barang. Bahkan sejak tahun 2013, hoarding dianggap suatu jenis gangguan mental (mental disorder). Para hoarder merasa memiliki keterikatan batin (mental attachment) dengan barang-barang itu, akibatnya mereka tidak tega untuk membuangnya dan malah menyimpannya.

Kalau hanya berdasarkan definisi diatas, maka Emak harus mengakui bahwa Emak adalah 'hoarder'.
Emak selalu berat kalau harus 'mempensiunkan' suatu barang. Alasannya bisa macam-macam. Kalau barang itu hasil pembelian, Emak biasanya teringat bagaimana perjuangan untuk membelinya. Kalau barang itu hasil pemberian, Emak berat membayangkan betapa sedih pemberinya jika tahu barangnya dibuang. Kalau itu barang hasil bikin sendiri, apalagi! Emak pasti ga tega. Terutama untuk barang hasil bikin sendiri. Diantara ketiga kelompok barang tersebut, barang DIY justru paling berat di handover pada orang lain. Tentu saja karena barang DIY memiliki tingkat mental attachment yang paling tinggi diantara ketiganya.

Karena penyakit ini, Emak sering pusing sendiri. Lemari 5 pintu yang emak punya sampai tidak muat menampung baju Emak. Sebagian di simpan dalam dus-dus bekas rokok gudang garam. Bagaimana tidak numpuk, baju kebaya jaman gadis aja masih Emak simpan. Malah kadang-kadang Emak masih make, kalau kebetulan lagi kurusan (hihi). Belum lagi sepatu, tas, assesoris seperti bros, sudah seperti pelangi, merah kuning hijau di langit yang biru. Tapi ya itu, masih dalam kotaknya, berbaris di pojokan, tidak berkandang.

Kelamaan pusing tentang urusan timbun menimbun ini, Emak akhirnya introspeksi. Tahap pertama dalam proses introspeksi ini adalah, bertanya: WHY? Kenapa saya suka menimbun barang?
Jawabannya Emak rinci sebagai berikut:

  1. Barang itu biasanya didapatkan dengan tidak mudah. Bisa jadi hasil menabung, hasil malak , hasil minjem tapi ga dibalikin, dll pokoknya.
  2. Barang itu barang yang diidamkan sejak kecil. Berhubung Emak udah centil  turunan, sejak kecil Emak sudah bercita-cita harus miss matching, persis seperti tante CS bank yang kos sebelah rumah. Baju, tas, sepatu dan bros mesti matching. Jadi ketika sudah punya penghasilan dan punya kewenangan untuk bebas membelanjakannya tanpa izin siapapun, Emak langsung merajalela. Sayangnya, cita-cita itu terjagal rasa ga pede makenya. Jadi, biarpun Emak punya sepatu hijau, biru, merah, kuning.. ujung-ujungnya yang sering dipake malah crocs kw china sejuta umat itu lhooo..

Mmhh. jadi jangan dibayangin Emak ini modis ya, Sis.. Hoarder punya kecenderungan suka memiliki tapi belum tentu siap memakai.. Soalnya sayang takut rusak, hehe..

Pertanyaan kedua dalam proses introspeksi ini adalah... mmm..... (#mikir.com) masih dipikirkan ... hahahahh

Gara-gara ngebahas masalah hoarder ini Emak malah jadi sadar kalau sifat ini sudah ada sejak Emak kecil. Sejak kecil Emak suka ngumpul-ngumpulin barang. Bahasa kerennya sih koleksi. Berikut barang yang pernah Emak koleksi  dirunut dari zaman SD hingga sekarang:

SD:

  1. Koleksi stiker. Tiap hari Emak nahan ga jajan seperti anak yang lain, karena uangnya bakal beli stiker. Terus stikernya ga di tempel, tapi dikumpulin. 
  2. Koleksi kertas surat. Zaman Emak SD, koleksi kertas surat memang ngetren banget. Jadi, ga perlu beli sering-sering. Bisa tuker-tukeran ama temen-temen yang lain.
  3. Koleksi perangko, sempetnya sebentar aja. Soalnya koleksi perangko ternyata mihilll bingitss. Harus ngemodal, kalau cuma bisa ngumpulin prangko dalam negeri yang rupanya gitu-gitu aja, mending ga usah. Secara Emak kan ga punya sahabat pena yang tinggal di luar negeri. Merupakan hil yang mustahal, Emak dapat perangko dari luar negeri kalau bukan boleh beli di Gramedia. Emak versi SD sudah sadar bahwa koleksi prangko dengan cara itu menghilangkan sensasi luar biasanya. Emak versi SD sering terkagum-kagum dengan mereka yang banyak koleksi perangkonya. Kagum bukan karena jumlah yang dimilikinya, tapi kagum karena mengira dia punya banyak teman. Teman yang pasti sangat baik, karena rajin sekali berkirim surat. Ketika tahu, perangko itu cuma beli di Gramedia, maka sumber kekaguman Emak menjadi sirna. Lalu Emak berkata, "perangko, bye!".


SMP
1. Koleksi pacar.. Hahhaha haluuuu Makkkk...

SMA
1. Koleksi kaos kaki warna-warni. Sebenernya enggak niat di koleksi, tapi berhubung sekolah negeri bikin aturan kaos kaki harus putih, makanya kaos kaki warna-warni cuma bisa dijadiin barang timbunan.
2. Koleksi jam tangan. Sejak SMA, Emak mulai berani jalan sendiri ke Pasar Baru. Sebenarnya Emak ke Pasar Baru buat nyari tambahan koleksi kaos kaki. Entah mengapa suatu ketika Emak tahu kalau harga jam tangan di Pasar Baru harganya murah dan terjangkau. Awalnya, beli satu. Namanya jam murah, ga berharap awet lah ya. Jadi kalau nanti mati tinggal beli lagi, gitu niatnya. Eh, ternyata Emak underestimate. Biar kata jam murah, awet juga dia. Saking awetnya, Emak jadi ga sabar. Jam belum rusak, Emak udah beli lagi, beli lagi, beli lagi. Numpuk deh..
3. Koleksi Penghapus. Emak seneng banget ngumpulin barang-barang lucu. Yang paling ga nahan ya penghapus. Bentuknya lucu, warnanya cakep, malah ada yang wanginya bikin pingin gigit. Koleksi penghapus baru berakhir setelah punya anak. tadinya mau ngajak anak main pake penghapus yang lucu-lucu itu dengan mereka. Tak dinyana saking gemesnya malah dikunyah ama anak-anak. Piuhhh. Emak tidak yakin, Emak berhenti koleksi karena sayang sama penghapusnya atau sama anaknya... heueheu..

Kuliah
1. Koleksi fosil soal. Emak kan kuliah di sekolah kedinasan. Mitosnya, dosen sering mengulang soal-soal tahun sebelumnya di setiap ujian. Jadi, kerjaan Emak adalah berburu fosil soal, dengan cara pedekate-pedekate gitu dengan para senior.. #demi
2. Koleksi tiket bis Bandung-Jakarta, Jakarta-Bandung. Emak kan ceritanya kuliah di Jakarta. Berhubung masih doyan Indomie dan telur ceplok buatan Mamih, tiap minggu Emak pulang ke Bandung. tak lupa bawa gembolan oleh-oleh buat Mamih berupa baju yang belum sempet dicuci.. hihi. #myMomistheBest

Now
1. Koleksi keluhan
2. Koleksi omelan
3. Koleksi kartu tagihan
4. Koleksi selebarann diskon supermarket/departement store
5. Koleksi print-print-an jurnal ilmiah yang belum sempet dibaca, apalagi di review
6. Koleksi buku self-improvement yang dibaca doang tapi ga di praktekin..
7. Koleksi benang, kertas, manik-manik, kancing, kain... maklum, Emak kan (mantan) penggiat DIY.. xixi

Mmmhhh...

Udah.. ahh segitu aja dulu. Pikir-pikir nyensus barang koleksi gini bikin Emak makin sadar bahwa kadar hoarder Emak cukup mengkhawatirkan. Apalagi melihat Ayah sudah semakin gelisah, hihi. Emak perlu segera disembuhkan!.

Wish me luck ya!

Salam Emak!!
 

Keluarga Pak Wajdi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang