Selasa, 09 Februari 2016

Aku Zombie!

Sudah lama sekali aku tidak menulis. Padahal menulis adalah satu cara yang paling aku suka untuk menyatakan pendapat. Entahlah semenjak rajin baca buku psikologi, aku merasa psikologis aku terganggu. Apalagi setelah merenungkan kalimat ini:
" orang yang ilmunya sedikit seringkali merasa pandai".
Jleb! Menusuk, dan itu tidak satu kali tapi bertubi-tubi.
Semenjak itu ironi terus mengintai. Setiap saat aku merasa pandai, justru aku merasa ciut karena pada saat yang sama hati kecil berbisik: "berarti ilmu kamu sedikit!". Sayangnya, semakin aku diingatkan kalau ilmuku sedikit aku malah semakin takut untuk belajar, semakin takut untuk membaca, semakin takut untuk berpendapat. Aku bukan aku yang dulu lagi. Aku bukan lagi angkot. Angkot walau punya trayek tapi bisa ngetem di sembarang tempat dan dan beroperasi sembarang waktu. Aku sekarang berubah menjadi kereta api, yang hanya berjalan pada sebuah rel dan dengan jadwal tertentu.
Aku terlalu ciut pada diriku sendiri, aku terlalu takut melakukan apa-apa. Aku pikir dengan tidak melakukan apa-apa maka tidak akan ada kesalahan yang aku lakukan. Dengan diam dan menutup mulut, tidak ada kata-kata yang mungkin menyakitkan. Dengan mengurung diri di rumah tidak akan ada orang yang sakit hati bila aku lalai menyapa saat berpapasan di jalan. Dengan memejamkan mata dari kezaliman, tidak akan ada dada membara karena kekesalan. Dengan menutup telinga tidak ada lagi kabar burung yang gatal ingin disebarkan.
Dengan begitu aku pikir aku bisa hidup tanpa kesalahan.
Namun entah mengapa rasanya duniaku semakin kehilangan warnanya.Layaknya pas-poto ijazah, hidupku jadi kotak, kecil, dan hitam-putih!
Note: Pelajaran hidup itu harus dipetik. Jika dibiarkan d pohonnya dia akan layu dan `mengering. Lalu biarkan dia tumbuh dan bertunas. ..

Senin, 08 Februari 2016

Wisuda Emak



Tidak terbiasa menikmati acara-acara begini, membuat Emak tidak terlalu antusias untuk ikutan wisuda. Rasanya banyak sekali urusan yang lebih penting daripada sekadar ikutan wisuda. Perasaan 'riweuh' alias rempong kalau ikut wisuda, harus nyari baju lah, harus sewa studio photo lah, harus nyalon lah, malessssss....

Tapi pikir-pikir, what a loss.. kalau Emak ga punya moment to remember. Betapa membosankannya..
Jadi, dengan cara sesederhana yang Emak bisa, Emak ikutan wisuda.

Berangkat menuju Dipatiukur dengan sepeda motor shogun keluaran tahun 2006 berdua aja dengan Ayah. Selain karena anak-anak sekolah, undangan yang bisa masuk ke Aula juga hanya 2 orang saja. Niang sebenarnya bisa ikut, tapi kebayang padatnya manusia di Aula. Kasihan Niang, tak akan kuat dan sabar melewatinya.

Dengan kebaya murahan beli di BTC kemarin sore dengan Ayah, plus kosmetik menor ala-ala DIY, jadilah wajah Emak yang 'menyeramkan'. Setidaknya itu kata Imbo. Dia bilang, "sorry to say ya Bun, in my opinion.. dandanannya menyeramkan." Dan kami semua yang dengar terbahak bersama. Well said Son, tapi biarkan sajalah..

Ndilalahnya, kadar 'kemenyeramkannya Emak ga sebatas itu. Di pertengahan acara, softlens Emak bermasalah. Hari iti Emak baru ganti merk cairan pencuci softlens. Sepertinya Emak ga cocok dan alergi, mata jadi gatal dan memerah. Karena gak tahan, akhirnya Emak copot softlensnya. Jadi kebayangkan pas naik panggung, Emak dengan mata minus 4, berjalan dengan terbata-bata. Berdoa berharap semoga highheel 7 cm itu tidak mempermalukan. Bayangin gak, kalau  Emak kesandung, terus gedubrak-gedabruk panggungnya runtuh, dan Emak jatuh berguling-guling. Bisa jadi bahan bully-an seumur hidup kalau kejadian. Hiyyy.. membayangkannya saja Emak sudah merinding...

Alhamdulilah, walau dengan mata merah, semua berjalan lancar.
Akhirnya Emak wisuda juga!!!

Rabu, 20 Januari 2016

Lulus?

Alhamdulillah, setelah menempuh onak dan duri, jalan terjal berliku. Emak (hampir) lulus juga. Setidaknya setelah dimintai foto buat ditempel diijazah sudah jadi indikasi kelulusan.. hehe.



Kata Ayah, lulus sekolah bukan berarti selesai. Justru, selesai sekolah berarti mulai menapaki pintu gerbang karir akademik. Bekal ilmu yang didapat dari sekolah, harus mulai diimplementasikan.

Kenapa disebut karir akademik? karena sekarang Emak mengerjakan masalah bukan karena tuntutan dosen atau tuntutan nilai, tapi karena tuntutan nurani.

Kenapa tuntutan nurani? karena nuranilah yang bisa mengidentifikasikan masalah. Jika sudah menemukan masalah, maka kita harus jadi bagian dari solusinya. 
Setidaknya berusaha mencari solusi.

Buat apa punya ilmu, kalau tidak digunakan..


Komen:
Ternyata benar punya ilmu itu berat nanggungnya, wajarlah kalau padi saja merunduk ketika bulirnya membesar..


Selasa, 19 Januari 2016

Gagal VS Sukses

Jend,Prof. DR. H. Ir Dika Dzikri Satria Wajdi, SH. M.Si.
Itulah kira-kira yang ditulis anakku saat dia diminta untuk mendeskripsikan dirinya di masa depan.
Mau tertawa?
Terdengar mustahil?
Lucu dan terdengar mustahil memang, tapi bukankah kita dahulu pernah mengalami masa itu?. Masa-masa disaat kita penuh dengan rasa percaya diri, tidak ada yang tidak mungkin kita lakukan, tidak ada yang tidak mungkin kita capai. Hingga pada akhirnya waktu menunjukkan banyak bukti bahwa dunia tidak seindah alam khayalan.
Seorang teman yang cerdas namun pemalu gagal menjadi PNS, tapi kemudian sukses membangun perusahaan. Seorang teman yang sukses berkeliling dunia, tapi gagal menemukan tempat untuk dia sebut rumah. Seorang teman yang berwajah sangat cantik kehilangan kepercayaan diri karena suaminya terlalu ganteng. Ahhh... dunia memang tak sempurna.
Maaf, terdengar seperti menghibur diri ya? Mungkin inilah yang diistilahi orang dengan “berbahagia diatas penderitaan orang lain”. Haha.. setidaknya kita harus bisa tertawa bukan..
Aku menjadi saksi bahwa tidak semua orang yang pintar di bangku sekolah jadi orang yang sukses.
Aku menjadi saksi bahwa tidak semua orang yang bodoh di bangku sekolah jadi orang yang gagal.
Aku menjadi saksi bahwa pada dasarnya tidak ada orang yang benar-benar sukses dan tidak ada orang yang benar-benar gagal.
Manusia hanya bisa merencanakan, Tuhan yang menentukan. Jika anakku bercita-cita setinggi itu, aku doakan semoga Allah memudahkan, Allah menunjukkan jalan terbaik. Semoga anak-anakku dapat bangkit lagi disetiap kegagalan dan selalu berendah hati di setiap kesuksesan.
Aamiin...
 

Keluarga Pak Wajdi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang