Senin, 29 Januari 2018

Mengapa Emak Menulis

Baru-baru ini Emak (minta) diajakin gabung dengan WAG Perempuan BPS Menulis (PBM). Sesuai dengan namanya, penghuni grup adalah para perempuan penulis di BPS se-antero nusantara. Diantara mereka ada penulis yang artikelnya sering muncul di surat kabar. Ada juga yang sudah menerbitkan buku, novel, cerpen dan lain sebagainya. Mereka luar biasa! Berada diantara mereka membuat Emak merasa ciut. Tapi Emak ingat bahwa satu langkah penting menuju luar biasa adalah berada diantara orang-orang luar biasa. Anggap saja panu, bersentuhan dengan mereka membuat kita mengidap yang sama.

Diluar grup PBM ada grup lainnya lagi. WAG tersebut hanya beranggotakan 50 orang saja. Lebih kecil, lebih berkualitas tentunya. Konon, salah satu pra-kualifikasi keanggotaanya adalah 'benar-benar mumpuni dalam menulis. Mereka berkewajiban menunjukkan bukti tulisan dengan tema: "Mengapa Saya Menulis". Kuota grup tersebut sudah penuh waktu Emak tahu. It's too late bagi Emak untuk ikut bergabung. Lagi pun siapa Emak? Hanya remahan kerupuk sisa bubur ayam yang melempem karena disimpen di kaleng Monde yang tutupnya hilang. Emak tahu diri lahh..

Nah, adapun Emak kali ini akan menulis dengan tema tersebut bukan karenaingin gabung dengan WAG tadi. Ini seakan menjadi reminder buat Emak untuk MULAI lagi menulis. Setelah lama menelantarkan blog ini, awal tahun 2018, boleh menjadi momentum tepat untuk membuka lembaran baru.
Wish Emak Luck!

Mengapa Emak Menulis... 

Selalu dan selalu, Emak merasa mengabadikan suatu momen itu penting. Sayangnya setelah dikaruniai telepon genggam dengan spesifikasi kamera HD, Emak malah keasyikan merekam momen dalam bentuk gambar. Orang bilang, "a picture is worth a thousand words". Saat Emak berbagi photo di Instagram, Emak merasa tidak perlu lagi berkata-kata. Let the picture talks itself. Tapi, lagi-lagi Emak diingatkan bahwa ada yang tidak bisa dilakukan oleh photo. Photo bisa menunjukkan emosi Emak, tapi photo tidak bisa menunjukkan isi hati, buah pikiran, dan ide yang ada di benak Emak.


Photo butuh narasi, butuh tulisan. So, untuk kelas Emak yang baru bisa ngetik sebelas jari dengan kemampuan analisis seadanya, ngirim artikel ke surat kabar agaknya terlalu ngimpi. Ya sudahlah, Tuhan pun tahu yang penting Emak berusaha. Cukuplah (sementara) ini Emak nulis di lapak sendiri (;P). Di jagat jaring laba-laba yang luas ini, belum tentu ada yang nyangkut atau sengaja mampir. Tapi tak apalah, anggap saja Emak lagi ngomong ama tembok. Ngomong sendiri tidak masalah, yang penting terdokumentasi (wkwkwk).

Jadi kesimpulannya, kenapa Emak menulis?
Emak cuma mau bilang ke Dilan yang pernah berkata:
"Jangan nulis,

ini berat.

Kau tak akan kuat.
Biar aku saja."

"Dilan, Biarkan Emak mencoba" ...


Salam Emak!


 #ngacapruk #keun_bae #teunanaon "

0 komentar:

Posting Komentar

 

Keluarga Pak Wajdi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang