Jumat, 15 Mei 2009

Kontribusi Seorang Karyawati BPS Jawa Barat terhadap Inflasi...

Kinerja ekonomi suatu daerah sampai saat ini masih diukur lewat PDRB-nya. Jawa Barat sejak tahun 2005 mampu menangguk LPE diatas 5 %. Bahkan tahun 2007 LPE-nya mencapai nilai yang fantastis, 6,41 %. 

LPE tanpa migas pada triwulan I 2009 yoy mampu tumbuh sebesar 4,39 %. Ternyata lesunya ekonomi global berpengaruh besar pada kinerja ekonomi Jawa Barat. Hingga tahun ini LPE tidak mampu menempus angka 5 %.

Sektor Industri Pengolahan yang biasanya menjadi kontributor terbesar PDRB Jawa Barat, pada triwulan I 2009 ini justru mengalami penurunan paling besar dibandingkan triwulan IV 2008. Padahal sejatinya Industri Pengolahan identik dengan penyerapan tenaga kerja. Maka tak heran Jawa Barat menjadi salah satu wilayah yang menjadi daerah tujuan para migran, karena faktor penariknya tersebut.
Tingginya angka pertumbuhan ekonomi tidak serta merta menunjukkan keadaan sosio-ekonomi yang baik. Lapangan kerja yang tidak mampu menyerap tenaga kerja mengakibatkan masuknya para migran bisa memperbesar angka pengangguran. 

Jumlah angkatan kerja di Jawa Barat per Februari 2009 sebesar 19,05 juta jiwa atau 63,58 persen dari total penduduk usia kerja. Berarti terjadi pertambahan sebesar 0,63 juta jiwa dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun walaupun penduduk yang memasuki angkatan kerja begitu besar, jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2009 justru mangalami kenaikan menjadi 16,79 juta jiwa. Lapangan kerja mampu menyerap 88,15 persen dari total angkatan kerja yang tersedia. Berarti persentase pengangguran turun menjadi 11,85 %. Padahal tahun lalu angka pengangguran mencapai 12,28 persen. 

Saat industri pengolahan melemah, sektor pertanian mampu menjadi penyerap tenaga kerja terbesar, yaitu mencapai 26,8 persen (4,4 juta jiwa). Agaknya revitalisasi sektor pertanian yang didengungkan pemerintah harus benar-benar dilaksanakan bukan hanya menjadi jargon kampanye saja. Setelah dihantam krisis berulang kali terbukti sektor pertanian menjadi jaringan pengaman sosial ekonomi bagi masyarakat pada umumnya (low educated and low skilled).

Sekali lagi, dalam memotret ekonomi Jawa Barat ternyata tidak melulu melihat LPE-nya, tingkat inflasi juga perlu diperhitungkan. Gini rasio pendapatan penduduk Jawa Barat yang masih besar menunjukkan ternyata besarnya nilai tambah bruto yang terbangun tidak dinikmati secara merata oleh penduduk Jawa Barat. Sistem kebijakan pengaturan upah yang diregulasikan seperti UMR agaknya belum bisa menggenjot perekonomian Jawa Barat. Karena itu sebagian besar penduduk Jawa Barat malah berada pada segitiga terbawah. Dengan kondisi pendapatan riil yang rendah dan nilai konsumsi yang tinggi maka akibatnya adalah timbulnya inflasi. Kalau masyarakat mau mengeluarkan uang lebih banyak daripada nilai produksinya maka harga-harga akan naik. Inilah sumber inflasi Jawa Barat.

Dan sepertinya orang-orang seperti ‘akyu’ inilah penyebab inflasi di Jawa Barat. Besar pasak dari pada tiang.

Hidup PNS! Keajaiban dunia ke-11, dengan anak tiga, gaji minim, bisa idup! Hebatttt... 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Keluarga Pak Wajdi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang