Minggu, 15 Desember 2013

Coretan Saat Kangen Suami



Let say, I’m still in A-Ha moment pasca fingerprint test.

Sesaat setelah sesi konsultasi fingerprint-test selesai, Bunda langsung “terbang” ke skype Ayah. Melaporkan dengan detail semua hal yang terjadi. Terlalu detil mungkin, seperti biasaaaaa…

Dari semua yang Bunda ceritakan, komen pertama ayah yang Bunda ingat adalah: “kalau Ayah kira-kira apa ya?”

Dezigggg, manusiaaaa banget!
Memang, Bunda tahu kalau manusia itu punya kecenderungan alamiah untuk egosentris. Tapi, saat ini bukan komentar seperti itu yang Bunda harapkan. Sedikit kecewa sih. Jadi, rupanya hanya itu yang berkelebat di kepala Ayah saat Bunda mencerita hasil tes kami:  You was busy thinking about yourself! mmmhhh...

BTW, it’s ok, it’s natural, He only human (even in many ways He is my angel).

“Ayah cenderung analitis, perasa, moody, penuh perhitungan. Jadi Ayah termasuk apa, ya?” tanyanya lagi tanpa rasa bersalah. Bunda berpikir sejenak, kira-kira obrolan ini mau dibawa kemana? Dibawa ribut atau dibawa fun? Sepertinya tidak ada pilihan lain, dibawa fun aja deh (ributnya entar aja kalo ayah udah pulang ke Indonesia..hehe).

Bunda berpikir lagi secara objektif, mencoba menghalau semua godaan untuk meributkan hal-hal kecil. Bunda kira semua itu betul juga, suamiku tercinta itu sepertinya sempurna, like I said before: He is my angel in many ways. Lalu Bunda jelaskan tentang teorinya otak, bahwa otak manusia itu dibagi menjadi lima ragam kecerdasan: Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling dan Insting. Dengan dua ragam kemudi kecerdasan: introvert dan ekstrovert.

Mendengar penjelasan Bunda, Ayah langsung mengira dirinya introvert. Ayah percaya dia introvert karena seseorang memvonisnya demikian. Salah satu cirinya adalah sifat Ayah yang sedikit tertutup. Ayah bisa menjadi pendengar yang baik, tapi susah untuk menceritakan dirinya sendiri. Sehingga walaupun nampak ceria dan heboh, sedikit sulit untuk menggali apa yang sebenarnya ada dalam pikiran Ayah.

Ada yang menarik tentang istilah Introvert-Ekstrovert (I-E) ini. Ternyata ada I-E besar dan i-e kecil. Yang lebih kita kenal selama ini adalah I-E besar. Orang yang Introvert (besar) biasanya memiliki kepribadian yang cenderung pendiam, suka mengurung diri, dan pemurung. Psikolog cenderung mengelompokkan sebagai sifat yang negatif. Sebaliknya Ekstrovert (besar) memiliki kepribadian yang lebih terbuka, mingle, outgoing dan lebih percaya diri. Psikolog mengelompokkannya sebagai sifat yang positif.

Nah, yang baru Bunda tahu ternyata i-e kecil sama sekali berbeda dengan I-E besar. i-e kecil tidak berkutub alias bersifat netral. i-e kecil bersifat genetik dan tidak akan berubah seumur hidup. Berbeda dengan I-E besar yang berkaitan dengan dasar prilaku, sehingga masih dapat berubah seiring waktu.

Menurut teori yang disampaikan sang konsultan, yang terekam dalam fingerprint-test ini adalah i-e kecil, yaitu bagian dari otak yang menggambarkan dari mana kemudi kecerdasan dijalankan. Gampangnya: i-e kecil menunjukkan arah kemudi pikiran. Intro berarti charger-nya ada di dalam,  ekstro charger-nya ada di luar.

Dugaan Bunda, salah satu ciri orang introvert adalah keras kepala. Orang-orang introvert bukan berarti tertutup. Bisa jadi orang introvert punya sikap sangat terbuka, mampu mendengar, menyimak, mengamati semua hal yang terjadi di sekelilingnya, hanya saja dia tidak mudah menerima dan menyerapnya. Orang-orang seperti ini susah dimotivasi, kecuali keyakinan itu benar-benar datang dari proses berpikirnya sendiri. Orang introvert sulit diajak berpikir objektif, karena secara alamiah dia berpikir subjektif. Kelebihan orang seperti ini adalah konsiten dan persisten.

Sebaliknya ekstrovert menunjukkan kemudi berpikir dari luar. Dia bisa menerima masukan dari luar dirinya dan menjadikan masukan itu sebagai nilai pribadi. Orang seperti mudah dimotivasi namun mudah pula terbawa angin bertiup.

Nah, kalau begitu sepertinya Ayah itu adalah tipe introvert.
Mungkin tidak banyak yang percaya kalau memotivasi Ayah itu luarrrrr biasaaaaaaaa susyahh! Biar air liur kering, atau mulut sudah berbusa-busa, motivasi apapun hanya masuk telinga kanan keluar telingi kiri. Sebagus apapun motivasi atau contoh nyata yang disodorkan pada Ayah tidak akan diindahkannya. Apalagi jika menurutnya itu bukan value yang cocok baginya.

Tidak terhitung  berapa gunduk buku motivasi yang Bunda lahap hanya untuk di-share ke Ayah. Semua itu Bunda lakukan terutama untuk memotivasi Ayah, meyakinkan Ayah, bahwa dia belum menggunakan 100 persen kekuatannya. Hatinya yang terlalu baik, penuh rasa syukur  dan feel fully abundant justru jadi rem terlalu pakem untuk membuatnya maju-berlari-dan tancap gas. 

Please God, help me, tell Him that he better than He think He is.

Tapi, Alhamdulillah,  Allah itu menciptakan segala sesuatu itu berpasangan, seperti dua sisi mata uang. Dua sisi diciptakan karena kita membutuhkan keduanya.
Asal tahu kapan menggunakannya. 
Kapan kelebihan dibutuhkan: saat berjihad di bumi untuk kemashlahatan sekeliling kita.
Kapan kekurangan dibutuhkan: saat kita mengingat Allah. Agar tidak lupa diri karena kita hanyalah manusia yang membutuhkan orang lain dan hanya manusia tanpa daya, tanpa pertolongan YME.

Allah Maha Adil, sesuatu yang dianggap manusia sebagai kelemahan,  disaat yang tepat justru menjadi sumber kekuatan. Selama ini semua motivasi (=omelan) dari Bunda selalu  mental dari pusat daya ingat Ayah. Tapi saat Ayah memutuskan sesuatu, maka seluruh tenaga dan pikirannya akan dia gunakan sekuat tenaga. That’s why He always be the best, everytime He want (sadly, not all the time He wanted to be the best).

Beberapa bulan lalu hati Ayah diberi cahaya oleh Tuhan. Setelah 7 bulan terpisah lautan Ayah mulai mengingat kata-kata (=omelan) Bunda. Dan Ayah bilang Ayah akan berjuang mati-matian buat Bunda dan anak-anak. Alhamdulillah...(kira-kira kata-kata apa ya, yang Ayah ingat itu? mmmhhhh...)

So, because I know He is doing His best. I (trying) to understand if He has no time enough just to skype-ing me (LOL) everynight. Bunda doakan agar keteguhan hati, kesabaran dan daya juangnya di negeri nun jauh disana selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa. Hingga nanti saatnya kami sama-sama memetik buah dari perjuangan  ini. Aamiin.





PS:
It’s my birthday gift for you Ayah..

“HBD, wish you all the best…
You are my best…
Can take my eyes away from you…
Can wait to cuddle on your warmth “
 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Keluarga Pak Wajdi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang