Sabtu, 14 Desember 2013

Kurikulum Kehidupan



CHAPTER: MENGENAL DIRI

Menjadi orangtua adalah kurikulum hebat yang disiapkan Allah untuk mendewasakan manusia. Hebatnya lagi kurikulum itu unik untuk setiap manusia. Di setiap chapter-nya kita diberi pilihan-pilihan tidak terbatas, dan menghasilkan kombinasi implikasi yang tidak terbatas pula. 

Bagi sebagian orang memiliki 3 orang anak laki-laki bukan suatu yang luar biasa. Bahkan seseorang yang aku kenal, punya 12 orang anak laki-laki dan perempuan. Subhanallah!

Tapi yang ingin aku bahas disini bukan tentang jumlah anak, tapi tentang keunikan setiap anak. Tentang sebuah konsekuensi memiliki anak yang lebih banyak : membutuhkan energy yang lebih banyak! 

Aku punya 3 anak laki-laki: Jaka, Dika, dan Raka. 

Mereka punya sifat yang unik. Ada sifat yang kental melekat pada mereka, dan lucunya kadang aku mengenali sifat-sifat itu. Sebagian kecil persis seperti kami, ibunya-atau- ayahnya…Hehe, lucu karena jika itu sifat kami yang buruk, mulut rasanya malu untuk menegur. Harusnya kami menegur diri kami sendiri bukan?
 
Dari 3 anak ini yang terlihat bakat dan minatnya adalah anak-ku yang ke-2. Jadi mitos bahwa anak ke-2 adalah anak yang paling invisible tidak berlaku dalam keluarga kecil kami. Dika adalah pusat perhatian! Dimanapun dia berada. Bukan karena suaranya yang seperti harimau saat dia mengamuk. Bukan karena sifat keras kepalanya. Tapi, entah mengapa dia memang bisa membuat kami memberikan perhatian padanya, baik itu sukarela atau terpaksa, hee.

Dia anak yang cerdas, cepat melahap buku, cepat menganalisa suatu masalah, kreatif dan tahan berlama-lama di depan computer. Sebagai orang tua aku berusaha memfasilitasi Dika. Tak terhitung gadget yang kami siapkan untuk mendukung aktivitas Dika. Keyboard(music), kamera, new PC  dan berbagai software, mulai dari photoshop, game maker, flash animator, comic factory….you named it! Bahkan Ayah menghadiahi Dika Samsung- Iphone 4s, sepulangnya dari Thailand.  (Bunda langsung pingsan!)

Oke, uang bisa dicari. Katakanlah semua itu investasi untuk masa depan Dika. Lalu bagaimana dengan Jaka dan Raka? Kok yang difasilitasi hanya Dika?  Memang, sepertinya Jaka dan Raka tidak meributkannya dan dan tidak terlihat iri pada perlakuan kami pada Dika.Tapi sebagai seorang ibu yang ingin berbuat adil pada anak-anaknya, aku HARUS mulai berpikir. Apa yang bisa aku berikan untuk Jaka dan Raka. Maka, aku pun mulai memantau mereka dengan sungguh-sungguh. Mmhhhh, apa ya? 

Jaka…senangnya mengetuk-ngetuk semua benda disekelilingnya, tatalu orang Sunda bilang. Maka, aku jebloskan dia kelas drum Elfa Secoria dengan perjanjian tidak tatalu sembarangan. 

Alhamdulillah, dia tidak tatalu seenaknya lagi sekarang. Tapi aku tidak yakin itu cukup. Aku ingat sejak balita, Jaka senang bermain lego, melakukan hal-hal detail yang memerlukan ketekunan. Maka, kucemplungkan juga dia di les robotic. Sayangnya, aku masih penasaran dan aku mencoba bicara dengannya dari hati-ke-hati. Aku bertanya apa yang sebenarnya dia inginkan. Tidak ada jawaban. Dia merasa cukup dengan yang dimilikinya saat ini. Bahkan ketika ku tanya mau masuk SMP mana, dia menjawab: “gimana nilai UANnya aja Bun, cukupnya masuk mana.”

“Piuhhhh” aku hanya menghela keringat di kening. Unbelievable. Apa jaman yang sudah berubah atau factor perbedaan kematangan berpikir antara laki-laki dan perempuan? Seingatku, waktu kelas 6 dulu aku punya SMP idaman. Kok, anakku ini tidak begitu ya? Apa ini salah kami, orangtuanya, yang tidak pernah mengajarkan mereka mengejar target? Apa sekolah tidak memberi mereka cukup motivasi? Entah siapa yang harus disalahkan  untuk ini.

Eittt…mulai cari kambing hitam lagi nih. “Ayo cari solusi, Bun! ”teriak hati kecilku.

Yap, cari solusi! Aku jadi teringat obrolanku dengan Mas Teuku. Dia cerita tentang perubahan pola asuh yang dilakukannya setelah tes sidik jari. Kenapa aku tidak mencobanya? Setelah browsing-browsing, aku kontak konsultan sidik jarinya dan aku menantangnya untuk datang besok harinya. Tomorrow or never! Hahaha… sound dare, ya?

Alhamdulillah, konsultannya tepati janji dengan very much ontime (you got my thumb, akhi!). Dan berkat keikhlasannya dia mendapatkan 5 orang pasien hari ini. Jaka, Dika, Raka, Aku dan Mamaku! Tiap orang hanya Rp. 300.000,-. Mahal atau murah?

Bisa mahal, bisa murah.

Mahal , kalau hitungannya lembaran uang yang berpindah tangan. Setengah gajiku sebulan kini sudah menjadi hak orang lain.
Murah, kalau itu adalah kertas yang ditukar dengan Ilmu yang dipelajari puluhan tahun dengan penuh passion, dengan keinginan membantu manusia mengenali dirinya secara ilmiah.
Dan aku memilih  yang kedua: Super Duper MURAH!
Kenapa?
Ini adalah testimoniku:
1.       Aku salah!
2.       Akhirnya aku paham!

Salah?  Aku kira aku sudah mengenali salah satu anakku, Dika. Aku hanya butuh jawaban untuk dua anakku yang lain. Ternyata, penilaianku tentang Dika salah. Apa yang kukira kekuatan terbesarnya, ternyata bukan kekuatan terbesarnya. Apa yang kukira hanya sekedar bonus atau nilai tambah, justru itu kekuatan terbesarnya.

Paham? Ya, karena sekarang aku paham kenapa Jaka begini, kenapa Dika begitu, kenapa Raka beginu (antara begitu dan begini, maksudnya..hehe), kenapa Aku begono, kenapa Mama-ku begana (kehabisan kreativitas nih..hehe).

Kami semua tertawa geli dan mengalami wowing moment at that time. Kami saling memandang dan terangguk-angguk, saat konsultannya menerangkan hasil tes kami.

Well, dari panjang lebar ceritaku yang membosankan diatas aku Cuma mau bilang:
Aku kira aku mengenal kelebihan dan kelemahan mereka. Padahal aku bahkan belum terlalu mencoba mengenali kekuatanku dan kelemahan ku sendiri.  Kita harus mengakui bahwa kita perlu bantuan untuk mengenali diri kita sendiri.

Sometimes we AFRAID to face the mirror, when we THINK that we are not good looking.
But if you never mirrored, then you never know that you are BEAUTIFUL!

PS:
It’s never too late to know what you really are. So don’t be ashamed  to have your fingerprint test.
My advice: Do it ASAP!
Then tell me what A-ha moment you got!

 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Keluarga Pak Wajdi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang