Kamis, 07 Februari 2013

Fatimah Az-Zahra pun Mengeluh


Saat memasuki kehidupan pernikahan, pandangan hidup, cara berpikir dan tujuan hidup wanita cenderung  berubah. Dalam waktu singkat wanita akan menyadari bahwa menikah ternyata tidak berisi kebahagiaan dan ketenangan saja, tapi ada tanggung jawab yang besar dan juga berat disana. 
Sesaat setelah menikah, wanita menyadari bahwa beban yang ditanggung bukan saja urusan dirinya sendiri, tapi juga urusan suami, urusan anak, bahkan urusan keluarga besar suaminya pula.
Urusan yang banyak tersebut sudah pasti memakan sebagian besar waktu para wanita. Namun bagaimanapun, wanita membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri. Tapi tidak banyak wanita yang berani berinvestasi dengan meluangkan “me time”. Bagi sebagian wanita, “me time” mustahil dapat dinikmati, jika tanggungjawab  rumahtangganya terus menghantui. Seringkali kejenuhan terasa menyiksa dan membuatnya tersudut ke suatu titik yang menyesakkan.
Apakah anda pernah merasakannya? Apakah anda merasa sangat berdosa untuk berpikir seperti itu?
Oo, tidak usah teman, karena ternyata penghuni surga seperti Fatimah Az-zahrapun pernah mengeluh tentang beratnya mengurus rumah tangga. Apakah anda ingin tahu apa yang terjadi jika Fatimah mengeluh?
Mari kita simak ceritanya, semoga ada ibroh bagi kita semua.
FATIMAH AZ-ZAHRA PUN MENGELUH
Suatu hari Rasulullah SAW menyempatkan diri berkunjung kerumah Fatimah Az-zahra. Setelah mengucap salam, Rasulullah masuk dan mendapati Fatimah tengah menangis sambil menggiling syaiir (sejenis gandum ) dengan penggilingan tangan dari batu.
Seketika itu Rasulullah bertanya kepada putrinya. “Duhai Fatimah, apa gerangan yang membuat engkau menangis? Semoga Allah tidak menyebabkan matamu berderai.”
Fatimah menjawab, “wahai Rasulullah, penggilingan dan urusan rumah tangga inilah yang menyebabkan ananda menangis.” Rasulullah SAW duduk disisi Fatimah sambil mendengarkan. Fatimah berkata lagi, “sudikah kiranya Ayah meminta kepada Ali, suamiku, untuk mencarikan seorang jariah (hamba perempuan) untuk membantuku menggiling gandum dan mengerjakan pekerjaan rumah?”.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Rasulullah bangkit, diambilnya sejumput syaiir dan diletakkan diatas penggilingan sambil mengucapkan basmallah. Dengan izin Allah, penggilingan itu berputar sendiri. Selama penggilingan itu berputar Rasulullah tak henti bertasbih. Hingga ketika syaiir itu hampir habis, berkatalah Rasulullah, “ berhentilah berputar dengan izin Allah”.
Dengan izin Allah, penggilingan itu berkata dalam bahasa manusia, ” Ya Rasulullah, demi Allah yang telah menjadikan Tuan sebagai nabi dan rasul-Nya. Kalaulah Tuan menyuruh hamba menggiling syaiir dari timur hingga ke barat, niscaya akan hamba lakukan. Sesungguhnya hamba telah mendengar dalam kitab Allah SWT:
Hai orang yang beriman, peliharalah dirimu, keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat yang kasar lagi keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang dititahkannya dan mereka mengerjakan apa yang dititahkannya’. 
Maka hamba takut kelak hamba menjadi batu dineraka.”

Setelah mendengar hal itu, bersabdalah Rasulullah, ”bergembiralah, karena engkau adalah salah satu mahligai Fatimah Az-zahra didalam surga!”.

Mendengar kabar baik itu bergembiralah sang penggilingan batu. Rasulullah memandangi putrinya seraya bersabda, “jika Allah menghendaki, niscaya penggilingan itu akan berputar untukmu. Tapi Allah menghendaki, dituliskan-Nya untukmu beberapa kebaikan dan dihapuskan-Nya beberapa kesalahan. Sesungguhnya saat seorang wanita menggiling gandum untuk suami dan anaknya, Allah mengangkatnya beberapa derajat. Dalam setiap gandum yang tergiling Allah menuliskan SATU kebaikan dan mengangkatnya SATU derajat "

Kemudian Rasulullah meneruskan nasehatnya, ”wahai Fatimah, wanita yang berkeringat, ketika wanita menggiling gandum untuk suami dan anaknya,  Allah akan menjadikan jarak antara wanita itu dengan neraka sejauh tujuh parit.  Wanita yang meminyaki, menyisiri rambut anaknya, serta mencuci pakaian suami dan anaknya, maka Allah memberi pahala seperti orang yang memberi makan seribu orang lapar dan memberi pakaian kepada seribu orang telanjang”.  Rasulullah SAW masih meneruskan nasehatnya, ”wahai Fatimah, yang lebih utama dari semua itu adalah keridha’an suami terhadap istrinya. Jika suamimu tidak ridha, aku tidaklah akan mendoakanmu. Tidakkah engkau ketahui, ridha suami adalah ridha Allah SWT, dan kemarahannya adalah kemarahan Allah SWT?”.

Dengan pandangan lembut ia menatap Fatimah, menunggu reaksi sang buah hati. Namun Fatimah masih terpekur diam. Rasulullah menghela nafasnya sejenak, lalu melanjutkan nasehatnya. “Apabila seorang wanita mengandung, maka beristigfarlah para malaikat karena  Allah mencatat tiap hari sebagai seribu kebaikan dan menghapuskan seribu kejahatan. Apabila ia mulai sakit karena akan melahirkan, Allah akan mencatat seperti pahala orang-orang yang berjihad. Apabila ia melahirkan, hilanglah dosa-dosanya sesuci keadaan saat ibunya melahirkannya. Apabila ia meninggal dalam melahirkan, ia pergi tanpa dosa sedikitpun. Kelak ia akan mendapati kuburnya tersebut sebagai taman-taman surga. Dan Allah mengkaruniakan pahala seribu haji dan seribu umrah. Dan beristigfarlah seribu malaikat untuknya dihari kiamat.”

Fatimah  semakin menundukkan kepalanya, nasehat sang ayahanda membuat dirinya bergetar. Gema istigfar memenuhi ruang dadanya.

 ”Wahai Fatimah, wanita yang melayani suaminya dalam sehari semalam dengan baik hati dan ikhlas serta dengan niat yang benar, maka Allah SWT menghapuskan dosa-dosanya. Lalu Ia akan dipakaikan seperangkat pakaian hijau, dan dicatatkan untuknya seribu kebaikan untuk  setiap helai bulu dan rambut ditubuhnya. Wanita yang tersenyum dihadapan suaminya, maka Allah memandangnya dengan pandangan rahmat. Wanita yang menghamparkan alas untuk berbaring atau menata rumah dengan baik untuk suami dan anaknya, maka berserulah para malaikat untuknya. Teruskanlah amalmu, maka Allah telah mengampunimu dari dosa yang lalu maupun yang akan datang. Wahai Fatimah, wanita yang mengoleskan minyak pada rambut dan jenggot suaminya, serta rela memotong kumis dan menggunting kuku suaminya, Allah memberinya minuman dari sungai-sungai surga. Dan kuburnya akan menjadi taman di surga. Dan Allah menyelamatkannya dari api neraka, serta selamat dari titian sirotulmustakim.”

***
Subhanallah!
Masih panjang lagi nasehat-nasehat Rasulullah pada putrinya tercinta dalam kisah ini.
Jadi pertanyaan yang muncul dikepala saya setelah merenunginya adalah:

Apakah saya rela menebus segala keringanan akan beban hidup berumahtangga, dengan ganjaran Allah yang nikmat. Ganjaran Allah yang akan diberikannya pada ibu-ibu rumah tangga  seperti kita, baik di dunia maupun di akhirat. 

Semoga Allah meridha’i semua amalan kita. Amin!

0 komentar:

Posting Komentar

 

Keluarga Pak Wajdi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang