Kamis, 07 Februari 2013

Pernikahan Adat Sunda,"Ningali"


Biar nyambung ama postingan pernikahan adat Batak, makanya disamain judulnya, tapi ala bahasa Sunda. Maningkir=Ningali, red.
Hampir setiap daerah punya cara yang khas dalam melangsungkan pernikahan. Begitu pula halnya dengan Sunda. Berikut ini yang sempat Bunda rangkum mengenai pernikahan adat Sunda. Kuranglebihnya kita cermati kemudian ye..

Sehari sebelum acara perkawinan dimulai, dilakukan terlebih dahulu acara siraman terhadap kedua calon mempelai (secara terpisah) oleh kedua orang tua calon mempelai. Acara ini meliputi kegiatan; mandi kembang setaman, berjalan diatas tujuh helai kain samping dan pengajian sebagai ungkapan permohonan keselamatan. Acara siraman ini dimaksudkan sebagai tanda kasih sayang orang tua yang terakhir khususnya dalam memandikannya karena setelah berkeluarga diserahkan kepada masing-masing.
Lalu khusus untuk calon mempelai wanita dilanjutkan dengan acara kerikan yaitu pengerikan rambut-rambut halus di sekitar wajah (alis dan pipi) serta tengkuk calon pengantin wanita. Acara ini dipersiapkan untuk proses berhias agar “manglingi” ketika acara pernikahan. Kemudian acara pemberian cindera mata bagi calon mempelai wanita.

Setelah prosesi siraman selesai selanjutnya Upacara Ngeuyeuk seureuh yaitu acara pertemuan atau silahturahmi yang dilakukan oleh keluarga calon mempelai pria ke keluarga calon mempelai wanita. Tujuannya untuk silahturahmi dan berkenalan dengan calon menantu masing-masing. Dalam upacara ngeuyeuk seureuh ini, digunakan beberapa perlengkapan yang berfungsi sebagai simbol seperti perangkat alat makan sirih. Menurut adat maksudnya sebagai pembuka penghormatan kepada tamu yang dilakukan oleh para orang tua terlebih dahulu. Kedua mempelai diminta mengunyah lumat sirih yang diberi bumbu pinang, gambir, dan kapur sirih.
Di samping acara-acara yang penuh dengan simbol-simbol, masih banyak adegan yang harus dilakukan oleh kedua mempelai misalnya membelah pinang muda menjadi dua, membelah buah labu, membelah kuncup mayang jambe. Dan acara ini diakhiri dengan membuang sisa-sisa perlengkapan upacara yang telah digunakan di perempatan jalan.

Pada hari aqad nikah, calon pengantin laki-laki dan keluarganya disambut khusus dengan tarian silat yang dimainkan oleh penari wanita belia. Di depan pintu kedua orangtua wanita menyambut mempelai pria dan keluarganya dengan kalungan bunga melati untuk kemudian menghadap ke pak penghulu . Kemudian baru aqad nikah dimulai.

Setelah sah menjadi suami dan isteri tak bisa begitu saja masuk, ada lagi upacara yang harus diikutinya yaitu: upacara ketok pintu yang disertai dialog antara keduanya dengan bentuk tembang atau nyanyian sunda bersama musik pengiringnya, kemudian dilanjutkan dengan upacara nincak endog yaitu menginjak telur yang dilakukan oleh suami, lalu isteri membasuh kaki suaminya. Ini merupakan simbol bahwa si mempelai penganten itu akan memulai malam pertamanya dengan indah. Ketika melaksanakan malam pertama itu, si penganten harus benar-benar hati-hati dan tidak “grasa-grusu”, sehingga nantinya menghasilkan yang baik. Nincak elekan (menginjak semacam bamboo yang biasa dibuat suling) maksudnya hamper sama. Hanya saja ini disimbolkan kepada “wanita”, sedangkan telor, lebih disimbolkan kepada “pria”. Sedangkan membasuh kaki suami menunjukkan ketaatan seorang istri pada suaminya. Meuleum Harupat Kemudian melangkahi sebilah papan dan suami menyalakan pelita lalu membakar tujuh potongan lidi dari pohon enau yang kemudian itu dicelupkan ke dalam kendi berisi air yang dipegang oleh isteri. Setelah itu lidi dibuang ke empat penjuru angin (barat, timur, utara dan selatan). Maksudnya adalah membuang atau membakar sifat-sifat jelek yang ada pada diri manusia, seperti : iri, dengki, mudah tersinggung, pemarah, kikir, tamak dan sombong. Kemudian, Meupeuskeun kendi (memecahkan kendi), yang maknanya sama dengan akan melepasnya masa bujang dan gadis pada malam pertama.

Ada pula acara nyawer (menaburkan beras kuning, permen,uang receh ke atas) sambil dilantunkan kidung pepatah pengantin. Beras kuning, permen dan uang recehan adalah symbol keduniaan yang harus dicari oleh khususnya pihak laki-laki dan dipelihara oleh pihak wanita (isteri). Baru kemudian sepasang pengantin dipajang duduk bersanding dengan didampingi para gadis dan perjaka.
Setelah sawer kemudian dilakukan acara buka panto (buka pintu) yang dimaksudkan pembelajaran kepada pengantin dalam hal tata krama di rumah antara suami dan isteri.
Akhir dari acara adat pengantin sunda adalah acara “huap lingkung” yang berisi saling menyuapi dengan air minum, nasi kuning dan pabetot-betot bakakak (saling menarik ayam panggang) bagi yang dapat bagian terbesar dari ayam tersebut berarti akan mendapat rezeki yang . Pada acara huap lingkung inipun, dilakukan huap deudeuh dan huap geugeut yang artinya saling memberi sebagai tanda kasih sayang.

Sedangkan, Ngaleupaskeun Japati (melepaskan burung dara) dan Melempar kanjutkunang (melempar tas kecil terbuat dari kain) kepada yang hadir, melambangkan, bahwa kedua orang tua melepas penganten yang terakhir di keluarganya. Jadi yang dimiliki keluarganya dibagikan sebagai ungkapan rasa kebahagiaan atau pula sebagai tanda bahwa orang tua tersebut mengawinkan anaknya yang terakhir.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Keluarga Pak Wajdi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang