Kamis, 07 Februari 2013

Nasihat yang Tidak Memuaskan


Aku sempet ngobrol ngalor ngidul ama roommate waktu diklatpim IV. Biasa, masa-masa cerita yang nggak ngejuntrung gitu. Apalagi aku! Secara, ember bocor... ngomooooong aja nggak ada matinya. Sampailah akhirnya aku ceritain juga tentang “renungan di bemo”. Saat aku bercerita, dia cuma memangku tangannya terdiam dan tanpa terlihat keinginan untuk berkomentar. Aku mulai tanggap. Kayaknya topik ini nggak menarik buat dia, dan aku pun menghentikan topik tersebut dan membicarakan hal yang lain. Sesaat kemudian si dia sudah ketawa-ketiwi. Ah, ternyata emang si dia nggak tertarik topik berat khas ibu-ibu. Secara si dia masih single dan belum ngerasain yang namanya jadi ibu dan istri. Dan sejak itu aku nggak pernah ngomongin masalah-masalah berat ama si dia. Sampai suatu ketika dia menarik tanganku ke pojok kamar, sambil suara pelan.

“Mbak, sebenarnya aku juga pingin nikah.”

“Ya, semua orang juga dong.. kamu juga pasti kan? Makanya mumpung ada yang naksir tuh, langsung embat, nanti lewat!”, dengan gaya banyolan ku aku mencowel pipinya sedikit. 

Dia tersenyum tipis. “Aku tuh gampang naksir cowok Mbak. Tapi, kalau ama dia aku kok nggak sreg ya?” Dia meremas guling yang dipegangnya. “Aku inget omongan Mbak kemarin, betapa suami-istri itu saling bekerjasama tanpa itung-itungan. Mbak begitu meneladani Mama-Papanya Mbak. Kalau aku Mbak, aku nggak punya contoh seperti itu. Justru contohku kebalikan dari Mbak. Ibu dan Ayah malah saling itung-itungan, mengkotak-kotakkan kewajiban. Aku jadi takut salah milih pasangan Mbak. Aku nggak mau kehidupan keluargaku nanti seperti itu. Gimana caranya tahu apakah kita itu memilih pasangan yang tepat atau tidak?” Dia menatap mataku dalam.

Tanganku yang kedinginan karena AC yang nggak bisa dikecilin, digenggamnya penuh harap. Aku melenguh. Susah, karena yang tahu jodoh, rejeki dan maut itu hanya Allah. Aku ya nggak tahu, dan untuk kali ini karena subjeknya super serius, aku nggak mau asbun seperti biasanya. “Terus dari mana Mbak yakin kalau Mas Acul itu jodohnya Mbak?”


“Kalau kenapanya aku sendiri nggak tahu, prosesnya panjang dan itu terjadi karena fenomena alam.” (Apaaaaa lagi? Fenomena alam? Maksudnya semuanya berjalan secara alamiah dan apa adanya). “Tapi ada tiga yang aku ingat dari nasihat orangtua, ada tiga ciri-ciri jodoh kita. Yang pertama, tiba-tiba persoalan hidup bermunculan, tapi semuanya selesai dengan begitu mudah. Yang kedua kami sama-sama mengeluarkan tabiat buruk tapi kami berdua bisa memakluminya. Yang ketiga rejeki akan terasa lancar. Dan pada saat itu sepertinya semua berjalan seperti air mengalir, rejeki kami tercukupi, masalah bisa dilalui bersama, dan kami menahan diri akan kekurangan masing-masing, jadi inilah buktinya. Kami sudah menikah dan dikaruniai tiga orang anak!”

“Kesimpulannya, aku harus nunggu sampai jodoh itu datang ya.”


“Nggak juga. Kayaknya kita juga harus berjuang. Lagi pula Siti Khadijah duluan kan yang ngelamar Nabi Muhammad.” 


“Aku juga pernah Mbak nyatain ke ikhwan, tapi ditolak katanya dia udah seneng ama orang, dan ternyata cewek itu sahabat aku sendiri.”


“Ya, nggak perlu disesali, Itu namanya bukan jodoh. Berjuanglah, buka hatimu lebar-lebar, kalau sekarang kamu ngerasa nggak sreg jangan tutup hati, siapa tahu ada hal lain yang bisa membuatmu berubah pikiran..”


“Masalahnya yang membuatku nggak sreg adalah yang mendasar, dia nggak taat ibadah Mbak. Aku ingin laki-laki yang bisa membimbing aku dalam agama lebih baik.”


“Nggak ada yang bisa kubilang lagi, selain teruslah berdoa dan berjuang. InsyaAllah perempuan baik-baik akan dapat laki-laki yang baik pula.” 

Dadaku terasa sesak. Mulutku selalu berbusa-busa, bicara berapi-api tentang masalah cinta. Tapi, kalau masalah ini aku nggak bisa berkutik. Mati kutu! Pasti deh jawabanku mengecewakannya...Maaf ya!



Aku sangat sadar ketika seorang introvert membuka sedikit celah, yang diharapkannya cahaya yang memuaskan dahaganya. Namun apadaya terkadang dia membuka disaat malam kelam, sehingga tak ada seberkaspun yang bisa melongoknya. Dengan sangat kusesali aku tak bisa membantunya sedikitpun masalah ini. Aku tahu, masalah jodoh bukanlah hal yang mudah untuk diselesaikan. Kadang kita terjebak rayuan para dukun untuk bisa menerawang masa depan. Kita merasa tidak aman untuk masa ini.
Dik, jangan kau tersiksa dengan perasaanmu, justru giringlah hatimu agar semakin dekat kau dengan-Nya. Dia tidak buta dan tidak tuli, InsyaAllah Dia selalu mendengar doamu. Teruslah meminta. (Dedicated to my young friend...) 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Keluarga Pak Wajdi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang