Sabtu, 17 Februari 2018

Harga Helm Makin Mahal, Emak Belum Ingin Beli yang Baru

Pada dasarnya Emak itu orangnya sangat kritis. Sangat gampang mengkritik, lebih tepatnya. Tapi belakangan, Emak belajar mengendalikan diri. Setidaknya untuk tidak lagi terlalu frontal. Sebelum mengutarakan kritik, Emak berlatih untuk melihat dari perspektif yang lain. Gara-gara ini Emak jadi sadar, sebenarnya tidak pernah ada yang namanya 'salah'. Salah itu cuma istilah untuk menggambarkan adanya 'perspektif yang berbeda'.

Namun kalau pandangan ini kebablasan ternyata berbahaya juga lho. Emak merasa menjadi tumpul, dan kurang berkontribusi. Menjadi orang yang mencoba memahami banyak perspektif membuat Emak menjadi fleksibel dan berusaha mengatasi masalah setelah masalah itu timbul. Emak kehilangan ketajaman dalam mengidentifikasikan masalah dan tidak terlatih lagi untuk antisipatif. Sebagian orang yang tidak paham akan menilai Emak sebagai orang yang mencla-mencle, kanan-kiri oke.. dll.

Well, memang mustahil kita menyenangkan semua orang. Bahkan ketika kita menjadi orang yang baik sekalipun, ada saja orang yang 'ngrasani'.

Mmmh, agaknya Emak mulai berfikir untuk kembali berlatih menjadi pribadi yang kritis lagi. Mungkin kali ini alirannya di per-advance (istilah apaaaa cobaaaaa #ngarang), KRITIS YANG BIJAKSANA (modified critism). Apa itu definisi dari kritis yang bijaksana? Kritis yang bijaksana adalah kritis dalam dosis rendah. Dengan aturan pakai yang sesuai takaran resep dokter jiwa. Bahaya kalau overdosis, karena efek sampingnya adalah: bertambahnya jumlah musuh dan peningkatan kadar kekerasan kepala. Orang yang keras kepala biasanya diciri-cirii dengan kepala yang membesar. Bahayanya jika terjangkit penyakit ini adalah, susah pake helm, ga muat!!!

... dan Emak belum pingin 'buang duit' buat beli helm baru.




Udah ah nglanturnya..

Salam Emak!

#PerempuanBPSMenulis
#15HariBercerita


#HariKe-11

0 komentar:

Posting Komentar

 

Keluarga Pak Wajdi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang