Jumat, 01 Januari 2010

STATCAP_CERDAS

Statistic Capacity Building- Change and Reform for Development of Statistic (STATCAP_CERDAS) dari namanya yang begitu hebat, pasti ada tuntutan hebat pula dibelakangnya. Program ini mulai dihembuskan karena adanya semangat pembaharuan dalam Badan kita tercinta ini.

Perubahan adalah satu kata yang pendek dan mudah diucapkan, tapi ternyata tidak semua orang mampu dan mau melakukannya.

Kepala BPS Pusat bertekad memulai perubahan BPS di segala bidang, fisik, prasarana dan kesejahteraan. Betapa dalam tahun-tahun terakhir ini pembangunan gedung BPS dimana-mana, beasiswa dan kursus makin banyak, bahkan kabar renumerasi pun ditiupkan. Namun apakah kondisi orang-orang kecil kayak aku ini ikut merasa ada perubahan?

Kalau masalah bangunan yang makin kinclong, tentu bukan suatu hal bisa disanggah. Secara fisik perubahan memang terjadi secara nyata. Namun didalamnya, ada temenku yang terduduk lunglai saat menyadari mainboardnya rusak padahal datanya belum di back up. Bagaimana dengan temanku yang satu lagi, harus lembur sampai malam karena di rumah ga punya komputer sedangkan bos ga rela meminjamkan laptop plat merahnya. Lalu bagaimana dengan staf yang harus ke warnet karena internet kantor ngadat, dan harus merogoh kocek pribadi demi perintah bos. Lalu bagaimana dengan tuntutan harus tinggal di kantor selama jam kerja, padahal tidak ada sesuatu yang bisa dikerjakan di kantor karena para bos asyik dengan proyeknya masing-masing...Duhhhhh, jadi takut jadi pemimpin nih.

Well,
Hammer dalam papernya “ Reengineering Work; Don’t Automate Obligarate” menekankan bahwa yang perlu ditekankan bukanlah tugas, tapi outcome-nya. Memperlakukan sumber-sumber terpisah, namun seakan-akan tersentralisasi. (BPS udah nih memenuhi syarat ini wkkwk), dan memperoleh informasi sekaligus dari sumbernya (nah, kalo yang ini belum banyak orang yang bisa legowo...).

Dari Riset yang dilakukannya disimpulkan bahwa hampir 50 persen sampel mengalami kegagalan.

Sumber kegagalan tersebut adalah:


1Resistance to Change


Menolak untuk berubah. Memangnya ada orang yang ga mau berubah? Wah, ada...banyak malah. Apalagi kalau sudah berada di zona aman. Ga ada yang bakal mau berubah. Kalau di daerah sulit, baru grasak-grusuk minta pindah. (kayak gw hehe). Hal ini yang menurut Ka BPS Papua, Bpk Djarot menjadi salah satu kendala kemajuan daerah. Tingkat turn over yang tinggi, membuat daerah seperti Papua menghabiskan energinya untuk mendidik tenaga hijau untuk akhirnya kemudian minta pindah ke Jawa.


Dari sisi pejabat juga, kayak iklan Ligna, “kalo udah duduk, lupa berdiri”(kikikik). Dengan adanya perubahan disegala hal tentunya penilaian terhadap calon pejabat untuk menduduki jabatan juga menjadi berubah. Jika asalnya yang dinilai hanya faktor-faktor administratif, kini fit and proper test harus dilakukan dengan baik bukan hanya formalitas belaka. Karena karena pejabat yang ditunjuk ternyata tidak mempunyai kualitas pemimpin apa jadinya anak buah yang berada di bawahnya...ancurrrrrrr

2. Lack Management Comitment

Komitmen manajemen sangat diperlukan, karena bagaimanapun keputusan berada ditangan para pemimpin. Jika pemimpin tidak menguasai manajemen, maka organisasi keseluruhan akan kacau balau.

3. Lack of Capability Information System

Di jaman yang sudah maju ini penguasaan teknologi menjadi suatu yang niscaya. Kemampuan para pemimpin terhadap penguasaan teknologi bukan merupakan “sebaiknya” tapi ‘harus’. Pada era perubahan seperti ini sudah tidak selayaknya bawahan menjadi pelayan bagi pimpinan. Tapi pemimpin justru menjadi fasilitastor bagi para bawahannya agar tetap berada di trek organisasi dan menghasilkan outcome sesuai dengan yang diharapkan.

4. Lack of Breath and Depth aAalysis of BRS Critical Factors

Kemampuan untuk mengenali kendala yang dihadapi dalam mencapai sasaran sangat penting. Upaya monitoring dan evaluasi harus dilaksanakan secara simultan. Dibekali kemampuan teknis dan manajemen yang baik seorang pemimpin akan mampu membawa lembaga ke arah perubahan yang lebih baik.

Karena kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pengimplementasian BRS versi Hammer, Khoong, 1995 menawarkan metodologi revisi. Hal yang digaris bawahi oleh Khoong adalah:

1. Initiate

2. Envision

3. Analyze

4. Redesign

5. Blueprint

6. Implement

7. Monitor

Semoga dengan mempelajari metodologi revisi Khoong, BPS bisa semakin maju. Maju bersama STATCAP-CERDAS.

Are you SMART enough?


Salam Emak!


Minggu, 01 November 2009

Live Your Best Life

There are no guarantees in love, work or life.

So how do you manage it all without feeling let down? 

Managing expectations is as much a skill as cooking is.

Each of us has an internal oven that controls the temperature of our

expectations, and it needs to be monitored to produce the best results.

Sabtu, 31 Oktober 2009

Stasiun Beos dan BPS

Kepala dan wakil stasiun Beos dicopot jabatan lantaran tidak berada ditempat ketika Freddy Numbery melakukan sidak Sabtu pagi lalu. Padahal setelah diselidiki alasan ketidakadaan dua pimpinan stasiun itu adalah karena sedang melakukan kerjabakti di Stasiun Pasar Senen. Alibinya diperkuat dengan pernyataan banyak orang yang menjadi saksi. Menhub, mengatakan bahwa kesalahan yang dilakukan oleh kepala stasiun Beos cukup fatal. Sebelum meninggalkan pos kerja, seharusnya pemimpin memberikan mandat dan tanggung jawab kepada bawahannya. Sedangkan pada hari ini baik kepala dan wakilnya tidak ada di tempat, dengan alasan yangtidak diketahui dan tanpa penyerahan mandat. Sehingga terjadi kekosongan pimpinan.

Komen iseng:

Haloooooo Pak Menteri! Mentang-mentang baru dilantik nih, jadi bikin gebrakan-gebrakan nih..Asal ga bikin kaget kayak soto gebrak aja ya Pak! Ada bagusnya sih Pak, bekerja dengan sigap, mengambil keputusan dengan cepat. Sayangnya keputusan terlalu emosional, padahal si Pak Jatun itu sedang kerja juga, tapi di tempat lain. Kasihan ya...Padahal Pak Menteri mengakui kemampuan Pak Jatun sebagai pribadi, tapi memang kesalahannya secara yuridis tidak bisa ditolerir. bayangkan, kekosongan pimpinan! Kalu terjadi disebuah negara bisa terjadi kudeta tuh...hhhhh

Trus, kenapa? Kok repot ngurusin dephub sih..What about our self?

Sadarkah kita kalau seringkali kantor kita kosong-melompong pong...
Kepala kantor dipanggil pimpinan provinsi, kasi tugas task force, ( karena kurang tenaga) TU dan staf turun lapangan juga. Kantor cuma ditunggui oleh orang yang 'ga mau/ga bisa/ga dipercaya' untuk mencacah. Walhasil, ketika ada tamu yang bertanya ini-itu jawabannya: "Maaf Pak, Bu, saya ga tahu. Orang-orangnya lagi pada pergi. Nanti aja kesini lagi."


Dezigg!!


Untungnya Freddy Numberi tidak pernah jadi kepala BPS, kalau iya...abis deh kita dimutasiin semua...hehehhehehehehehe. Pissss.....
 

Keluarga Pak Wajdi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang