Sabtu, 02 Maret 2013

Capailah Keberhasilan Bukan Kesempurnaan


Capailah Keberhasilan Bukan Kesempurnaan

PERFEKSIONISME YANG KETERLALUAN BENAR-BENAR BISA MEMEROSOTKAN KEMAMPUAN DAN MENGHAMBAR KEBERHASILAN. Seorang psikiater mencoba memaparkan bagaimana mengatasi kebiasaan yang menghambat diri sendiri ini.Disarikan dari David D Burns, MD

Sebuah studi tentang produktivitas, dimana sekelompok salesman dengan tingkat penghasilan yang beragam diteliti. Dari sekelompok orang tersebut ternyata 40% merupakan orang yang perfeksionis. Apakah mereka lebih berhasil? Ternyata jawabannya adalah tidak.
Orang-orang perfeksionis menunjukkan gejala kegelisahan dan tekanan jiwa dalam hidup mereka, dan sedikitpun tidak terbukti mereka mendapatkan uang yang lebih banyak dibandingkan yang lain.
Pada kenyataannya, rasa putus asa dan tekanan yang kerap kali mengganggu kaum perfeksionis bisa menyebabkan merosotnya kreativitas dan produktivitas. Sebuah penelitian oleh ahli psikologi Universitas Bagian Pennsylvania menemukan bahwa para atlet yang memenuhi syarat untuk menjadi peserta Olimpiade kurang bernafsu menetapkan standar perfeksionitas, dibandingkan mereka yang gagal. Para atlet yang berhasil cenderung menganggap penting kegagalan prestasi mereka di masa lalu, sementara lainnya terlalu memacu diri sendiri sampai tingkat panik dalam pertandingan.

Arti perfeksionitas
Apa yang dimaksudkan dengan perfeksionitas?
Kaum perfeksionitas adalah orang yang berusaha mati-matian mencapai sasaran kesempurnaan yang mustahil, dan mengukur nilai diri mereka sendiri dalam mencapai keberhasilan. Akibatnya, mereka merasa takut menghadapi kemungkinan gagal. Mereka merasa dikejar-kejar, sehingga pada saat yang sama mereka tidak akan mendapatkan imbalan apapun dari yang mereka capai.
Bukti menunjukkan bahwa perfeksionis yang keterlaluan bukan saja tidak sehat, tapi juga menimbulkan kekacauan jiwa, seperti: merasa tertekan, kegelisahan dan stres. Selain itu juga merugikan diri sendiri; dalam hal produktivitas, hubungan pribadi dan penilaian diri sendiri.
Kita perlu meninjau mengapa orang yang perfeksionis begitu rentan terhadap kekalutan emosi dan cacatnya produktivitas. Salah satu alasannya adalah karena mereka memikirkan kehidupan dengan sikap yang tidak logis dan salah bentuk (distorsi).
Barangkali distorsi yang umum terdapat di kalangan kaum perfeksionis adalah cara berpikir: “semua atau tidak sama sekali”.
Distorsi lain adalah keyakinan bahwa peristiwa negatif akan berulang tak ada habisnya. Sehingga ketika melakukan kesalahan, yang dilakukan bukannya mengintrospeksi, tapi malah frustasi. Sikap ini sama sekali tidak mendukung orang untuk menjadi sukses.
Akibat suatu sikap yang kemudian berkembang menjadi sifat, perfeksionitas akan membawa seseorang dirongrong rasa kesepian dan gangguan dalam hubungan pribadi. Karena perfeksionis akan membentuk kekerasan hati, yang semuanya berawal dari tuntutan kesempurnaan. Baik dari diri sendiri juga dari orang lain.
Menjadi orang yang realistis
Cara untuk mengatasi sifat ini adalah dengan membuat daftar keuntungan dan kerugiannya.
Keuntungan yang mungkin bisa didapat adalah: Terkadang bisa menghasilkan pekerjaan yang luar biasa.
Kerugiaannya adalah : Satu, membuat tegang dan gelisah, sehingga malah tidak menghasilkan apapun. Dua, tidak berani mengambil resiko apalagi untuk pekerjaan kreatif. Tiga, menghalangi orang untuk menciptakan sesuatu yang baru. Empat, membuat orang mencela dirinya sendiri, sehingga tidak bisa menikmati hidup. Lima, tidak pernah santai, karena selalu menemukan sesuatu yang tidak sempurna. Enam, membuat tidak toleran terhadap orang lain, sehingga sering dicap sebagai pencari kesalahan.
Sebaiknya yang kita incar bukanlah “terbaik’ tapi “baik’. Karena “terbaik” hanya akan tercapai satu kali seumur hidup. Jika kita terus berusaha mencari “terbaik” maka yang kita akan temui adalah kegagalan.
Mengapa orang yang perfeksionis lebih sering menghadapi hambatan dalam melakukan pekerjaannya? Itu karena mereka lebih memusatkan perhatian pada kekurangan-kekurangan yang dimiliki. Mereka melewatkan hidup dengan membuat daftar kesalahan dan kegagalan, sehingga kadang takut untuk memulai sesuatu. Cobalah untuk menikmati pujian orang lain, menyadari kenyataan bahwa teman Anda tidak memusuhi Anda karena tulisan Anda tidak menjadi best seller, misalnya. Pusatkan perhatian secara proporsional. Bahwa Anda punya hal negatif yang bisa Anda substitusikan dengan hal yang positif. Perhatikanlah sekeliling Anda, apakah dinding itu bersih sempurna, artis itu cantik sempurna? Apakah ada di dunia ini ada yang sempurna. Buat apa kita menuntut diri kita sendiri menjadi sesuatu yang tidak pernah ada di dunia ini.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Keluarga Pak Wajdi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang