Sabtu, 02 Maret 2013

TURUTI KATA HATI


TURUTI KATA HATI

Dewasa ini banyak alasan pragmatis yang memposisikan wanita berada dalam himpitan waktu. Diversifikasi tugas wanita membuat waktu yang diciptakan Tuhan selama 24 jam menjadi terasa sangat pendek. Waktu yang 24 jam itu akan terasa semakin pendek jika kita menjalaninya tanpa perasaan bahagia. Agar dapat menyelami hidup bahagia, raihlah kembali pikiran sehat yang bebas dari segala kegalauan.

Teman, Anda pasti tahu bahwa rumah yang sehat adalah rumah yang bersih dan tertata dengan baik. Ternyata pikiran juga sama. Pikiran sehat adalah pikiran yang tertata dengan baik. Jadi, tatalah pikiran kita, bersihkan dari pikiran-pikiran yang tidak berguna yang hanya membuat ruang pikir menjadi sesak. Sebagai wanita masa kini, kita dituntut untuk menggunakan otak, sedangkan insting kita bersikeras untuk mengikuti hati. Konflik tersebut merupakan alasan utama yang membuat kita hidup terburu-buru, stres dan kalut.

Untuk mengisi hidup dengan kebahagiaan, langkah pertama yang harus kita ambil adalah memberi perhatian pada hati,lalu mendamaikan pikiran dan hati kita.

Ketika kecil kita sering ditanya tentang cita-cita.
Apakah cita-cita Anda masih sama dengan cita-cita Anda dulu?
Atau mungkin Anda sudah mencapai cita-cita tersebut?

Saya sendiri dulu bercita-cita menjadi insinyur pertanian. Sekarang saya bekerja bukan sebagai insinyur pertanian, atau sesuatu yang berhubungan dengan insinyur pertanian. Sama sekali berbeda.. Alih-alih bekerja di lapangan, saat ini saya bekerja justru di belakang meja. Saya mencoba mengingat, kenapa saya ingin sekali menjadi seorang insinyur pertanian. Ternyata waktu kecil, saya melihat jasa mantri tani yang besar bagi penduduk desa. Saya ingin menjadi orang dengan peran besar seperti  sang Mantri. Tapi itu dulu! Sekarang cita-cita saya hanyalah menggapai karir setinggi-tingginya.

Setelah saya renungkan, ternyata berbagai kenyataan hidup yang saya jalani dari kecil hingga sekarang membuat cita-cita saya terdistorsi. Saya semakin realistis, bahwa pada kenyataannya menjadi mantri tani tidak cukup keren untuk mendongkrak status sosial. Dan saya pikir, jadi bos itu enak! Dengan menutup mata pada tanggung jawab yang dimiliki oleh para bos saya, saya melihat mereka selalu mendelagasikan tugas pada bawahan, lalu berlindung dibalik peraturan saat bawahan meminta kompensasi. Sementara itu, mereka meraup bonus yang sangat besar manakala pekerjaan anak buahnya berhasil.  Walaupun terdengar sinical, tapi saya tidak keberatan dengan cara kerja seperti itu. Toh itu memberi saya motivasi yang kuat untuk berusaha menjadi seorang bos juga (hehe).

Bagaimana apakah Anda juga setuju? Realistis terdengarnya memang.  Namun, ketika kita saya menata pikiran saya, membuang pikiran-pikiran rongsokan, saya menemukan bahwa cita-cita masa kecil saya mungkin adalah panggilan hidup yang sesungguhnya. Saya suka untuk menolong orang! Dan saya tetapkan detik ini, bahwa esensi saya dalam hidup ini adalah menolong orang. Mungkin tidak perlu menolong orang banyak secara sekaligus, namun menolong suami dan anak-anak bisa dijadikan langkah pertama saya.

Langkah kedua, tegaskan prioritas.
Sebagai seorang wanita, kita secara natural ditugasi dalam mengatur rumah tangga, anak-anak dan rumah tangga. Selain itu kita juga  ditugasi oleh diri kita sendiri untuk menjaga status sosial-ekonomi di mata masyarakat. Kita ingin memiliki kemampuan ekonomi, kita ingin dianggap wanita karir, wanita yang mandiri.

Teman, waktu 24 jam sehari bukanlah panjang. Kalau kita tidur saja menghabiskan 8 jam. Itu adalah sepertiga waktu kita. Lalu sepertiganya lagi kita pakai untuk bekerja. Lalu kita pakai seperenamnya diperjalanan. Sisanya hanyalah 4 jam, mau diapakan waktu yang sangat sedikit ini? Apakah untuk bersantai, mengerjakan hobi, meluangkan waktu dengan keluarga, atau bersosialisasi di masyarakat? Semuanya saya serahkan pada Anda untuk menjawabnya sendiri. Karena untuk memenuhi semua kegiatan yang ingin Anda lakukan, Anda hanya punya waktu 4 jam sehari. Jadi, Anda perlu menetapkan prioritas dalam menjalaninya.

Syukurnya Tuhan telah menganugrahi wanita GPS untuk mencapai destinasi kehidupan kita. GPS tersebut berbentuk naluri. Tak salah jika Anda mengasah terus nalar Anda seperti para pria, tapi jangan kerdilkan kepekaan naluri Anda.  Karena ada satu kata mujarab, yang bisa dipakai dalam menghadapi semua persoalan kehidupan : “Ikuti kata hati!”

0 komentar:

Posting Komentar

 

Keluarga Pak Wajdi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang