Sabtu, 02 Maret 2013

Korban PPP (Pembantu Pada Pulang)


SELASA, 27 OKTOBER 2009

Korban PPP (Pembantu Pada Pulang)

Kita mengenal berbagai macam musim. Musim hujan,musim kemarau, musim mangga, musim durian, musim kawin, musim maling...tapi kalau musim pembantu pulang ada tidak ya? (Ataukah musim-musim tersebut memiliki korelasi satu-sama lain. Misalnya pada musim kemarau, banyak orang desa yang ke kota cari kerja. Sedangkan pas musim panen, pada pulang kampung buat 'manen'. (Bisa dijadikan inspirasi bagi mereka yang mau buat thesis tenaga kerja migran nih...hehehe).

Sejak bulan April lalu, sebagian besar ‘penghuni’ Bidang Neraca Propinsi Jabar ‘kehilangan’ pembantu-pembantunya di rumah. Ada yang pulang karena neneknya meninggal, ada yang kabur meninggalkan hutang, ada yang bilang pulang sebentar tapi tidak balik lagi, ada yang cuti kawin, dll. Intinya, orang-orang neraca Jabar yang rata-rata perempuan, semua sedang pada kenyataan yang sama: kehilangan pembantu! Akibatnya sangat nyata saudara-saudara, orang neraca Jabar yang dikenal ‘cantik-cantik’ (termasuk gw ga ya? ;P), tiba-tiba di bulan april berubah wujud. Sekarang ada yang ke kantor tanpa make up, ada yang datang gendong anak, ada yang bawa cucu, ada yang pake jilbab instan (padahal biasanya anti jilbab instan). Sehingga bisa dikatakan kehidupan di neraca saat itu benar-benar berbeda dari biasanya. Orang neraca yang biasanya sangat lincah, suka jalan-jalan shopping atau wisata kuliner...berubah menjadi orang yang lesu tanpa semangat. Energi mereka sudah terserap habis oleh pekerjaan rumah.

Orang bijak taat pajak, orang pintar minum tolak angin, orang-aring mengatakan, orang yang beruntung adalah orang yang bisa mengambil hikmah. Dan itulah yang dirasakan oleh teman-temanku. Seorang teman mengaku tambah akrab dengan keluarganya. Anak-anaknya menjadi lebih bertanggung jawab terhadap urusan keluarga, suaminya yang seorang pemimpin perusahaan meluangkan waktu lebih banyak di rumah demi membantu sang istri. Dan dia pun dipaksa untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah yang sudah lama tidak pernah dia lakukan lagi.

Begitu pula dengan temanku yang seorang istri pejabat, gara-gara ditinggalin pembantu, terpaksa dia belajar masak. Anak-anaknya jenuh bila setiap hari makan masakan restoran. Setelah lebih 10 tahun menikah, baru saat ini, waktu memaksanya untuk belajar masak. Setelah diakui kelezatannya oleh keluarga, semangat untuk menambah ilmu masak begitu menggebu, sampai belain kursus masak segala.

Ada pula istri seorang perwira AURI, merasa dengan tidak adanya pembantu suami tambah perhatian dan mau bantu-bantu.

Weleh-wewlwh, walaupun polos tanpa make up, bersalut gendongan bayi, wajah-wajah perempuan-perempuan itu mencerminkan wanita sejati. Menjadi perempuan seutuhnya, yang tak melulu mencari uang demi jati diri, namun mampu mengerjakan rumah tangga sampai ke akarnya. Walau kelelahan adalah wujud kulit arinya, namun kekuatan luar biasa adalah intinya. Kebanggaan karena mampu menghadapi dunia ini saat suka dan duka bersama keluarga menjadi tak terkira.Aku bangga mempunyai teman-teman seperti mereka...

Eh, kenapa orang serumah sakit semua. Agaknya tidak perlu waktu terlalu lama bagi virus influenza untuk memperbanyak diri. Malam sabtu lalu langit tak mendung, hujan pun tak turun. Tapi gelegar menyambar saat ‘pembantu’-ku tersayang pun minta ijin pulang. Yah sekarang giliranku dehhhh...

0 komentar:

Posting Komentar

 

Keluarga Pak Wajdi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang