Jumat, 15 Maret 2013

Tujuh belas tahun keatas..."ITIKAFnya SEORANG WANITA"


Malam ke-23 ramadhan. Semua orang bersiap menyambut Lailatul Qadar, tak terkecuali suamiku. Dia masih di Depok karena sampai hari Selasa, 15 September 2009, beliau masih ada jadwal perkuliahan.

Lewat SMS beliau mengingatkanku agar beritikaf, memohon anugrah Allah atas malam yang penuh keberkahan itu. Tanpa bermaksud menafikan 'perintah' tersebut, aku hanya mengangguk setengah hati. Bagaimana mungkin, disaat anakku yang terkecil masih belum tidur aku bisa itikaf. Masalahnya Imbo, anakku itu biasanya tidak akan tidur bila bundanya juga tidak tidur. Berlama-lama diatas sajadah pun, merupakan tantangan yang berat, apalagi beritikaf. Inna amalu binniyah...Segala sesuatu itu tergantung niatnya, maka dengan penuh pengharapan kumohon kepada Allah agar aku bisa berdoa panjang malam ini.

Malam ke-28 ramadhan. Suamiku sudah datang, dan bisa menemani anak-anakku tarawih di masjid. Kali ini Dika tidak ikut, sepanjang siang dia main PS sampai lupa tidur siang. Jadi ketika datang waktu maghrib dia jatuh tertidur.

Pulang dari masjid, suamiku menceritakan betapa sabarnya Jaka. Karena juga tidak tidur siang, rupanya Jaka ngantuk, sampai-sampai ketiduran ketika acara ceramah. Saat shalat tarawih akan dimulai. Ayahnya bermaksud memindahkan jaka ke pojok masjid. Tanpa dinyana ternyata jaka langsung tersadar dan pulih kesegarannya. Setelah mengambil wudhu, Jaka akhirnya ikut melanjutkan ibadahnya malam itu. Subhannallah..Robbi habli minashsholihin...

"Hanya satu hal yang disayangkan.." ujar suamiku.

"Kenapa?" tanyaku penasaran

"Jaka tidak mendengar ceramah tadi."

Aku cuma mengangkat kedua alisku, penuh tanda tanya.

"Pak ustadz tadi menerangkan bahwa ternyata bentuk itikaf itu bisa dalam berbagai bentuk. Untuk para istri terutama, itikaf tidak hanya berdiam diri di masjid, atau berlama-lama di atas sajadah. Kalau memang hanya itu bentuk ibadah, betapa kasihannya para istri yanng tidak mungkin pergi ke masjid karena terlalu banyak urusan di rumah. Betapa mudharatnya bila para istri memaksakan diri pergi ke masjid, padahal urusan-urusan rumah tangganya terbengkalai...."

"So..?"

" Ternyata mengurus keluarga, melayani suami di dapur, di sumur merupakan bentuk itikaf bagi para istri sholehah."

"Hanya di dapur dan di sumur?" tanyaku lagi.

"Hahahaha, aku sengaja gak nyebutin yang terakhir, buat mancing Bunda biar nanya..."
Aku cubit tangannya karena genitnya mulai kumat.

"Untuk melengkapinya di kasur juga Bun...hahhaha"

Aku cuma bisa manyun.

"Makanya sayang Jaka gak dengerin ceramah tadi. Kalo denger pasti dia nasehatin Bunda, seperti dia nasehatin Niang...hahhaha"

17-10-2009

0 komentar:

Posting Komentar

 

Keluarga Pak Wajdi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang