Jumat, 15 Maret 2013

Indahnya Bersedekah

Mudah-mudahan ini tidak dikategorikan ‘pamer’ ya. Tapi memang niatnya bukan buat pamer atau apalah. Lebih kepada keinginan untuk menyimpan peristiwa yang begitu menyentuh hati saya, yang ingin terus saya ingat. Apalagi kalau berhasil menyentuh hati anda juga, Alhamdulillah...

Sejak Senin, 23 Oktober hingga 25 Oktober 2009, suami saya menghadapi UTS semester genap. Dia akan berjuang demi masa depan kami sekeluarga. Karena itu saya merasa berkewajiban untuk mendukungnya dia. Dan yang bisa saya lakukan adalah mendoakannya. Sehingga, akhirnya saya bertirakat untuk menjalankan puasa selama dia ujian, Senin-Rabu. Selama itu pula saya rajin membaca kitab suci dan melakukan shalat dhuha serta shalat tahajud. Berdoa semoga Allah memudahkan jalan kami dan memberikan apa yang terbaik bagi kami sekeluarga. Serasa belum lengkap, aku mewakafkan sejumlah uang ke yayasan “Rumah Yatim”. Jumlahnya memang tidak besar. Namun dalam keadaan ekonomi kami saat ini, uang sejumlah itu bisa sangat berarti. Tapi dorongan hati yang sangat kuat mengalahkan perasaan-perasaan negatif. Saya percaya bahwa Allah Maha Kaya, Maha Melihat dan Maha Adil. 

Uang itu sebenarnya adalah pendapatan saya yang memang sudah diniatkan untuk didermakan. Rencananya uang itu akan saya berikan saat ramadhan lalu. Namun, waktu itu saya berdiskusi dengan suami, sebaiknya siapa dulu yang kita beri: keluarga atau fakir-miskin-yatim?. Dan keputusannya adalah keluarga. 

Hati kecil belum merasa puas, karena memberi pada keluarga seharusnya menjadi kewajiban. Sehingga saya masih memupuk harapan untuk bisa berinfaq-shadaqah. Hingga begitu dorongan hati begitu kuat, tanpa seizin suami saya mendatangi yayasan “Rumah Yatim”.

Perbuatan baik yang tidak dilandasi niat, cara dan jalan yang baik, tentu tidak menghasilkan yang baik pula. Jadi hati saya pun tidak menentu. Walaupun uang yang saya serahkan itu adalah pendapatan saya sendiri, namun rasanya tidak sreg bila tanpa sepengetahuan suami. Hati saya juga ragu, takut pandangan suami malah menyurutkan keinginan saya yang sudah bulat tersebut. Namun dengan berbekal niat hanya untuk ridha Allah, saya pun menguatkan langkah..

Dan ketika ijab kabul terjadi, dimana penerima wakaf membacakan doanya untuk kami semua, tanpa bisa ditahan air mata yang sedari tadi hanya tergenang kini meluap tanpa henti. Gemuruh di dada menandai kebahagiaan yang tiada tara. Betapa ringannya perkara hidup kita dibandingkan mereka yang memerlukan bantuan kecil dari kita seperti ini. Sepanjang doa itu hatiku selalu berdoa agar doa-doa itu diijabah oleh Allah. Amin..
Saya mulai puasa hari senin.
Saya menyerahkan wakaf hari selasa.
Saya menerima telpon dari suami hari rabu. Dia bilang mendapat rejeki, seseorang memberinya kesempatan untuk ikut kursus pengembangan diri. Suatu kursus yang tidak murah biayanya dan lumayan bergengsi.
Subhanallah, Allahu Akbar...Sebegitu cepatnyakah kau memberi hadiah kepada kami, Alhamdulillah...
Ada semangat baru saat ini, percaya bahwa Allah akan mencukupi kita................

Semoga tetap istiqomah!

JUMAT, 30 OKTOBER 2009

0 komentar:

Posting Komentar

 

Keluarga Pak Wajdi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang